Entri Populer

Kamis, 28 Juni 2012

Tanaman Berkarbohidrat


BAB I
Pendahuluan
Tanaman tegak merupakan bentuk dari batang yang tumbuh dengan percabanagn monopodial artinya batang tanaman dapat dibedakan sebagai batang utama dari cabang/ ranting yang lain. Bentuk dari tanaman tegak biasanya tidak membutuhkan cakupan tanah ataupun tempat tumbuh yang luas. Sehigga tanaman jenis tegak seringkali dibudidayakan oleh manusia sebagai tanaman hias atau tanaman budidaya. Seringkali jenis tanaman tegak dibudidayakan sebagai hiasan di halaman rumah, seperti Palem paleman, cemara dan pohon tegak lainnya.
            Tanaman tegak lebih mudah perawatanya dari pada tanaman perdu, karena tanaman tegak lebih sedikit dalam menyumbang sampah bentuk daun yang berguguran di tanah. Sehingga orang – orang lebih senang dengan tanaman yang tegak. Selain itu, tanaman tegak juga dapat mengahasilkan buah – buahan yang rasanya di nilai manis hingga tak berasa. Inilah salah satu kekurangan dari bentuk – bentuk produksi dalam menanam tanaman tegak di halaman rumah.
Surat Ar Ra’d ayat 4:
Artinya:
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman – tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam – tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda – tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.
            Oleh karena itu, begitu besarnya karunia Allah pada mahkluknya yang diberikan berbagai macam tanam – tanaman untuk dimanfaatkan hasilnya. Sehingga dalam karangan ilmiah ini akan dibahas secara detail morfologi dan manfaatnya tentang macam – macam tanaman tegak yang terdapat di halaman rumah.
BAB II
Hasil dan Pembahasan 
KETELA POHON

 
Sistematika Manihot utilisima
Kingdom          Plantae
            Divisio             Magnoliophyta
                        Classis             Magnoliodsida
                                    Ordo                Malpighiales
                                                Familia                        Euporbiaceae
                                                            Genus             Manihot
                                                                        Species           Manihot utilisima

Dokumentasi :
            Daerah Lumpur Lapindo Sidoarjo, tanggal 26 Februari 2012

Nama lokal     :
            Jawa Timur     : Pohong
            Tolitoli : Kasubi

Habitat            :
            Habitat pohon Singkong banyak ditemukan di daerah subtropis dan tropis yang hidupnya tersebar dimana – mana.
Habitus           :
            Tanaman kentang merupakan herba yakni tanaman pendek yang tidak berkayu

Akar                :
            Akar ketela pohon berwarna cokelat hingga kehitaman dan menggembung akibat dari penyimpanan cadangan makanan di akar. Sistem perakaran pada ketela pohon adalah tunggang (radix primaria). Akar serabut pada ketela pohon hampir sebesar lengan dan masing – masing tidak menunjukkan percabangan. Akar Ketela pohon merupakan modifikasi dari akar ketela pohon sendiri sehingga disebut umbi akar.

Batang            :
            Batang ketela pohon berwarna cokelat keputih – putihan. Batang ketela pohon merupakan batang jenis mendong (calamust) yang beruas – ruas akibat pertumbuhan tangkai daun. Bentuk batangnya bulat (teres), sifat permukaannya licin (laevis), selain itu bentuk permukaan batangnya memperlihatkan berkas – berkas daun. Arah tumbuh batang ketela pohon adalah tegak lurus (erectus), percabangan pada ketela pohon adalah monopodial yaitu batang pokok selalu tampak jelas. Cabang – cabang batang termasuk sirung panjang (virgia). Arah tumbuh cabang ketela pohon adalah type mendatang (horizontalis), jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut  900. Membicarakan pangkal batang ketela pohon termasuk tumbuhan anual (annuss) yakni tumbuhan yang umurnya pendek. Tinggi tanaman dapat mencapai 0,5 – 3 meter.

Daun               :
            Daun ketela pohon merupakan daun tidak lengkap yang hanya terdapat helaian (lamina) dan tangkai (petiolus), sehingga type daunnya termasuk daun bertangkai. Bangun daun ketela pohon adalah bangun bulat (orbicularis). Ujung daun ketela pohon adalah runcing (acutus), pangkal daunnya rata (truncatus). Tulang daun ketela pohon adalah menjari. Tepi daunnya rata, ketela pohon memiliki type toreh berbagi menjari (palmatipartitus). Daging daunnya lunak (herbaceus). Warna daunnya hijau, permukaan daunnya gundul (glaber), type daun majemuk beranak daun 5 dan 6. Setiap buku terdapat satu tangkai daun, letaknya berseling.
 
Bunga :
            Bungan ketela pohon merupakan bunga majemuk tak terbatas, bungannya simetris, pelipatan bunganya terlipat ke dalam, daun – daun kelopak terbuka (aperta), dasar bunganya pendukung benag sari dan putik (androginofor), dasar bunganya seperti cawan.
            Bunga kecil, bersimetri banyak, uniseksual, seringkali monoecious yang tersusun sebagai bunga mejemuk, perinatum kelipatan 5 dalam satu atau dua seri dan dapat mereduksi, ovarium berlokuli 3, ovula satu atau dua dalam tiap lokulus (Sudarsono, 2005).

Buah               :
            Buah bervariasi, umumnya masak menjadi buah dehisen yang sizokarp (terdiri dari 3 koksi)

 Biji                 :
            Biji terdiri dari 3 koksi dengan 3 atau 6 biji yang memiliki endosperm

Kandungan    menurut Jayus (2005):
Umbi singkong memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B dan C, dan amilum. Daun mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, forfor, protein, lemak, hidrat arang, dan zat besi. Sementara kulit batang, mengandung tannin, enzim peroksidase, glikosida, dan kalsium oksalat.

Manfaat          :
            Ketela pohon banyak sekali manfaatnya antara lain:
1.   Sebagai sumber karbohidrat,
2.   Sebagai obat rematik
3.   Sebagai obat sakit kepala
4.   Sebagai obat luka bernanah
5.   Sebagai obat diare
6.   Sebagai oabt cacingan
7.   Dapat meningkatkan stamina
UWI
Sistematika Dioscorea alata
Kingdom          Plantae
            Divisio             Magnoliophyta
                        Classis             Liliopsida
                                    Ordo                Dioscoreales
                                                Familia                        Dioscoreaceae
                                                            Genus             Dioscorea
                                                                        Species           Dioscore alata

Nama lokal     :
            Sumatera                    : Ubi
            Pasundan                    : Huwi
            Jawa                           : Uwi
            Madura                        : Ubi
            Makasar                      : Same
            Maluku                         : Lutu  
            Nama lokal lain           : uwi wulung, uwi beras, uwi bangkulit, uwi jengking, dan uwi rondo sluku.

Habitat            :
            Habitat tanaman uwi banyak ditemukan di daerah subtropis dan tropis yang hidupnya tersebar dimana – mana

Habitus           :
            Tanaman kentang merupakan herba yakni tanaman pendek yang tidak berkayu

Akar                :
            Akar uwi berwarna putih dan menggembung akibat dari penyimpanan cadangan makanan di akar. Sistem perakaran pada uwi adalah Serabut (radix adventicia). Akar serabut pada uwi hampir sebesar genggaman tangan dan masing – masing tidak menunjukkan percabangan. Akar uwi merupakan modifikasi dari batang uwi sendiri sehingga disebut umbi katak (tuber accessorium).

Batang            :
            Batang uwi berwarna hijau tua. Batang uwi merupakan jenis batang basah (herbaceus) yakni batang lunak dan berair. Bentuk batangnya bersegi (angularis), sifat permukaannya licin (laevis), selain itu bentuk permukaan batangnya bersayap (alatus). Arah tumbuh batang adalah memanjat (scandens) dan membelit ke kanan (dextrorsum volubilis), percabangan pada uwi adalah simpodial yaitu batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembangan kalah cepat pertumbuhannya dibanding cabangnya. Cabang – cabang batang uwi termasuk geragih (falgellum). Arah tumbuh cabang kentang adalah type terkulai (declinatus). Membicarakan pangkal batang kentang termasuk tumbuhan anual (annuss) yakni tumbuhan yang umurnya pendek. Dapat mencapai panjang 10 meter.

Daun               :
            Daun uwi merupakan daun tidak lengkap yang hanya terdapat helaian (lamina) dan tangkai (petiolus), sehingga type daunnya termasuk daun bertangkai. Bangun daun adalah bangun jantung (cordatus) yaitu bangun seperti bulat telur, tetapi pangkalnya memperlihatkan suatu lekukan. Ujung daun uwi adalah meruncing (acuminatus), pangkal daunnya berlekuk (emarginatus). Tulang daun uwi adalah melengkung (cervinervis). Tepi daunnya rata. Daging daunnya lunak (herbaceus). Warna daunnya hijau, permukaan daunnya berbulu, type daun majemuk menyirip gasal beranak daun tiga. Setiap buku terdapat satu tangkai daun.

Bunga             :
Uwi memiliki bunga tersusun majemuk, tumbuh dari ketiak daun, berumah satu. Bunga jantan tersusun rapat 1 – 3 cm; bunga betina tersusun jarang, lebih panjang, 15-20cm; mahkota berwarna ungu dengan panjang 2 mm.

Buah               :
            Buah berbentuk kapsul atau beri.

Manfaat          :
1.      sebagai sumber kabohodrat
2.      sebagai acara 7 bulan dalam kehamilan
 
KENTANG
Sistematika Solanum tuberosum L.
Kingdom          Plantae
            Divisio             Magnoliophyta
                        Classis             Magnoliodsida
                                    Ordo                Solanales
                                                Familia                        Solaneceae
                                                            Genus             Solanum
                                                                        Species           Solanum tiberosum L.

Nama lokal     :
            Kentang

Habitat            :
            Habitat tanaman kentang banyak ditemukan di daerah subtropis dan tropis yang hidupnya tersebar dimana – mana.

Habitus           :
            Tanaman kentang merupakan herba yakni tanaman pendek yang tidak berkayu


Akar                :
            Akar kentang berwarna putih kecokelatan dan menggembung akibat dari penyimpanan cadangan makanan di akar. Sistem perakaran pada kentang adalah Serabut (radix adventicia). Akar serabut pada kentang hampir sebesar genggaman tangan dan masing – masing tidak menunjukkan percabangan. Akar kentang merupakan modifikasi dari akar kentang sendiri sehingga disebut umbi batang (tuber caulogenum).

Batang            :
            Batang kentang berwarna hijau muda sampai tua. Batang kentagn merupakan jenis batang basah (herbaceus) yakni batang lunak dan berair. Bentuk batangnya bulat (teres), sifat permukaannya licin (laevis), selain itu bentuk permukaan batangnya memperlihatkan berkas – berkas daun. Arah tumbuh batang adalah condong (ascendes), percabangan pada kentang adalah simpodial yaitu batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembangan kalah cepat pertumbuhannya dibanding cabangnya. Cabang – cabang batang kentang termasuk geragih (falgellum). Arah tumbuh cabang kentang adalah type terkulai (declinatus). Membicarakan pangkal batang kentang termasuk tumbuhan anual (annuss) yakni tumbuhan yang umurnya pendek.

Daun               :
            Daun kentang merupakan daun tidak lengkap yang hanya terdapat helaian (lamina) dan tangkai (petiolus), sehingga type daunnya termasuk daun bertangkai. Bangun daun adalah bangun jorong (ovalis) yaitu perbandingan panjang : lebar = 1,5 – 2 : 1. Ujung daun kentang adalah runcing (acutus), pangkal daunnya membulat (rotudantus). Tulang daun kentang adalah menyirip. Tepi daunnya bergrigi. Daging daunnya lunak (herbaceus). Warna daunnya hijau, permukaan daunnya gundul (glaber), type daun majemuk menyirip gasal. Setiap buku terdapat dua tangkai daun.

Bunga :
            Bunga sempurna dan tersusun majemuk. Ukuran cukup besar, dengan diameter sekitar 3 cm. Warnanya berkisar dari ungu hingga putih.

Kandungan menurut Arpiwi (2007):
Kandungan utama pada kentang adalah sumber karbohidrat terbesar ke empat di dunia, memiliki kandungan air per 100 gram kentang ialah 82 gram, dengan nilai protein sebanyak 2 gram dan kälori sebanyak 70 kkal. Selain kandungan – kandungan tersebut, kentang juga memiliki kandungan lain seperti zat besi dan riboflavin yang penting bagi tubuh.
Demikian pula dengan vitamin yang ada pada kentang. Sebut saja vitamin C yang notabene mengandung antioksidan yang ampuh untuk mengusir radikal bebas dalam tubuh. Untuk itu, agar bisa memperoleh manfaat vitamin C dengan maksimal pilihlah kentang yang baik kondisinya antara lain dengan memilih yang tidak bertunas, kulitnya kencang, tidak ada bercak kehijauan, dan tidak ada lubang pada permukaannya. Kentang juga mengandung beberapa vitamin lain seperti vitamin B6 yang berperan dalam sintesis dan metab

Manfaat          :
            Ketela pohon banyak sekali manfaatnya antara lain:
1.   Sebagai sumber karbohidrat
2.   Memelihara kesehatan tulang dan gigi
TALAS
Sistematika Colocasia gigantea
Kingdom          Plantae
Divisi               Magnoliophyta
Clasis             Liliopsida
Ordo                Arales
Famili              Araceae
Genus             Colocasia
Spesies           Colocasia gigantea

Dokumentasi :
            Daerah Perumahan Sigura gura Malang, tanggal 7 Maret 2012

Habitat            :
Talas dapat tumbuh baik di tanah – tanah basah termasuk tanah – tanah sawah dengan irigasi yang teratur, tanah-tanah beririgasi, dan tanah di paya – paya yang miskin akan drainase. Suhu 25 – 30°C dan kelembaban yang tinggi akan mendukung pertumbuhan talas.Talas dapat tumbuh mulai dari pantai sampai ketinggian 1800 m dpl. di Filipina; 1200 m dpl. di Malaysia dan 2700 m dpl. di Papua New Guinea.

Habitus           :
Tumbuhan berupa terna, tegak.
Akar                :
           
Sistem perakaran liar, berserabut, dan dangkal.

Batang            :
Batang yang tesimpan dalam tanah pejal, menyilinder atau membulat, biasanya coklat tua, dilengkapi dengan kuncup ketiak yang terdapat di atas lampang daun tempat munculnya umbi baru, tunas atau stolon.

Daun               :
Daun memerisai dengan tangkai panjang dan besar. Perbungaan tongkol dikelilingi oleh seludang dan didukung oleh gagang yang lebih pendek dari tangkai daun.

Bunga :
Bunga jantan dan betina kecil, tempatnya terpisah pada tongkol, bunga betina di bagian pangkal, hijau, bunga jantan pada bagian atasnya warna putih steril, ujung tongkol dilengkapi dengan organ steril.

Biji                  :
Biji membundar telur

Buah               :
Perbuahan seperti kepala yang berisi buah buni yang rapat

Manfaat menurut Djukri (2003)       :
1.   Bubur talas dapat melancarkan pencernaan sehingga dapat dikonsumsi untuk makanan bayi dengan tingkat alergi yang rendah.
2.   Talas dimakan sebagai makanan pokok, dengan cara dipanggang, dikukus atau dimasak dalam tabung bambu.
3.   Dapat dimanfaatkan dalam festival – festival keagamaan, sebagai obat-obatan masyarakat dan sebagai makanan ternak terutama babi.
4.   Daun digunakan untuk membungkus buntil (ikan teri yang digarami dicampur dengan bumbu, kelapa parut dan sayuran, dibungkus dan dikukus dalam daun talas), tangkai daun juga dapat dimasak.
5.   Di Filipina digunakan pada waktu pati dan sayuran hijau mengalami penurunan pasokan. Umbi dapat dimakan dengan cara dikukus dan digoreng lebih dulu atau dibuat menjadi permen.
6.   Di Hawaii dan beberapa bagian Polynesia, umbi dikukus dan ditumbuk untuk dibuat pasta yang selanjutnya dapat difermentasi untuk menghasilkan poding. Poding dapat dibuat dari talas yang diparut dan dicampur kelapa.
 
KETELA RAMBAT
Sistematika Ipomoea batatas Poir
Kingdom          Plantae
Divisio             Magnoliophyta
Clasis`             Magnoliopsida
Ordo                Solanales
Famili              Convolvulaceae
Genus             Ipomoea
Species           Ipomoea batatas Poir

Dokumentasi :
            Daerah Perumahan Sigura gura Malang, tanggal 7 Maret 2012

Nama lokal     :
            Ketela Rambat, Telo

Habitat            :
Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan lembab, dengan suhu optimum 27°C dan lama penyinaran 11 – 12 jam per hari. Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Ubijalar tidak membutuhkan tanah subur untuk media tumbuhnya.

Habitus           :
            semak – semak kecil
Akar                :
            Perakaran serabut

Batang            :
Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu, berbentuk bulat, dan teras bagian tengah bergabus. Batang ubi jalar beruas – ruas dan panjang ruas antar 1 – 3 cm. Panjang batang berkisar 2 – 3 m untuk varietas merambat, dan 1 – 2 m untuk varietas bertipe tegak. Diameter batang ubi jalar bergantung pada varietasnya, ada yang berukuran besar, sedang, maupun kecil.

Daun               :
Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat lonjong, dan bulat runcing, tergantung pada varietasnya. Daun ubi jalar memiliki tulang-tulang menyirip; kedudukan daun tegak agak mendatar dan bertangkai tunggal yang melekat pada batang. Daun ubi jalar dalm satu tanaman berjumlah banyak. Daun ubi jalar berwarna hijau tua dan hijau kuning. Sedangkan warna tangkai daun dan tulang daun bervariasi, yakni antara hijau dan ungu sesuai dengan warna batang

Bunga :
Bunga tanaman ubi jalar berbentuk terompet yang panjagnya antara 3-5 cm. Mahkota bunga berwarna ungu keputih-putihan dan bagian dalam mahkota bunga berwarna ungu muda. Tangkai putik dan kepala putik terletak diatas bakal buah. Bunga ubi jalar membentuk karangan tiga hingga tujuh bunga.tangkai bunga tumbuh diketiak daun. Penyerbukan bunga dapat terjadi secara silang atau sendiri.

Buah               :
Buah ubi jalar berkotak tiga. Di dalam buah banyak berisi biji yang sangat ringan.

Biji                  :
Biji buah memiki kulit yang keras.
 
Bentuk ubi     :
Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan, tergantung jenis (varietas) nya. Daging ubi berwarna putih, kuning atau jingga sedikit ungu. kulit ubi maupun dagingnya mengandung pigmen karotenoid dan antosianin yang menentukan warnanya. Kombinasi dan intesitas yang berbeda – beda dari keduanya menghasilkan warna putih, kuning, oranye, atau ungu pada kulit dan daging ubi.

Kandungan    :
            Memiliki serat oligosakarida yang tinggi.

Manfaat menurut Limbongan (2007)          :
1.   Karbohidrat ubi jalar memiliki indeks glisemik 54 (rendah). Artinya, karbohidrat pada ubi jalar  tidak mudah diubah menjadi gula, sehingga cocok bagi penderita diabetes. Berbeda dengan sifat karbohidrat asal beras dan jagung yang mudah dirubah menjadi gula.
2.   Keistimewaan lain adalah tingginya kandungan serat yang bermanfaat sebagai pengikat zat pencetus kanker dalam tubuh, sehingga ubi jalar bermanfaat sebagai penangkal kanker.
3.   Berperan vital untuk menyedot kolesterol “jahat” di dalam darah. Serat oligosakarida berperan mencegah sembelit, memudahkan buang angin, menjaga keseimbangan flora usus dan prebiotik serta merangsang pertumbuhan bakteri “baik” pada usus sehingga penyerapan zat gizi lebih efektif.


GANDUM
Sistematika Triticum aestivum L.
Kingdom          Plantae
Divisi               Magnoliophyta
Clasis              Liliopsida
Ordo                Poales’
Famili              Poaceae
Genus             Triticu                        
Spesies           Triticum aestivum L.

Habitat            :
Gandum hitam dapat tumbuh pada tipe tanah beraerasi baik dengan pH 5 – 7.5. Sebagian besar tumbuh pada tanah ringan, berpasir dan tanah gambut.

Habitus           :
Tumbuhan terna semusim, sering berwarna hijau kebiruan

Akar                :
Sistem perakaran luas, menjalar

Batang            :
            Batang tegak, lampai, gundul kecuali berambut dekat bulirnya

Daun               :
Daun, satu daun diproduksi dalam satu buku, buku terbawah juga menghasilkan pucuk atau sisip dan akar; pelepah daun panjang dan bebas; lidah daun pendek dan bergerigi. aurikel pendek dan kecil; helaian memita – melanset, 10 – 20 cm 1 – 2 cm, halus atau agak kasap. Perbungaan bulir di ujung, melengkung; buliran dengan 2 bunga fertil, berseling zig zag sepanjang rakhis. Biji menjorong, warna coklat terang, beralur sempit, berujung pendek, gundul.

Bunga :
Perbungaan dan pembentukan biji akan berhasil baik pada panjang hari 12 – 13 jam
Buah & biji     :
Biji Gandum hitam merupakan jenis yang paling toleran diantara jenis sereal berbiji kecil dalam hal temperatur rendah, persediaan air dan tipe tanah. Gandum hitam berkecambah pada temperatur 4 – 5°C dalam waktu 4 hari dan semaian bibit dapat tahan beku selama musim dingin hingga -25°C. 

Manfaat          :
1.   Sebagai sumber karbohidrat bagi manusia
2.   Gandum Hitam digunakan sebagai bahan makanan hewan, terutama dalam peternakan babi.
3.   Jerami dipanen untuk pakan ternak (lembu), bahan jerami, untuk industri kertas/karton dan bahkan untuk bahan bakar. Dalam skala kecil, gandum hitam yang belum dewasa dipanen secara keseluruhan untuk makanan binatang atau ditanam untuk pupuk yang hijau.

 
Padi 
Sistematika Oryza sativa
Kingdom          Plantae
Divisio             Spermatophyta
Classis             Monocotyledonae
Ordo                Poales
Familia            Gramineae
Genus             Oryza
                                                                        Species           Oryza sativa

Dokumentasi :
            Daerah Perumahan Sigura gura Malang, tanggal 7 Maret 2012

Deskripsi                    :
Padi merupakan bahan makanan utama bagi penduduk, meskipun ada sebagian yang mengkonsumsi jagung, ubi dan sagu. Keberadaan padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain.
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Padi merupakan tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis. Bukti  sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur India sekitar 100 – 800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam (Suardi, 2005: 1).
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah Oryza sativa yaitu indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan (Suprihatno, 2009: 1).

Habitat            :
Tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 – 1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 – 22 cm dengan Ph antara 4 – 7 (Makarin, 2008: 4.).
            Varietas padi tertentu cocok untuk tumbuh dalam air yang dalam, yaitu padi terapung dan varietas lain dapat ditanam di atas tanah yang tidak dialiri, yaitu padi gaga (Steenis, 2006: 117).
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C (Suprihatno, 2009: 1).

Habitus           :
Tanaman padi termasuk tanaman rerumputan. Perawakan tanaman padi adalah herba. Tumbuhan berperawakakan herba mempunyai ciri batang memiliki cairan atau mengeluarkan getah serta lunak (Indriyanto, 2005: 92).

Sistem perakaran
Akar berfungsi sebagai penguat atau penunjang tanaman agar dapat tumbuh tegak, menyerap hara dan air dari dalam tanah yamg kemudian diteruskan ke seluruh organ tanaman yang membutuhkan (Makarim, 2008: 8).
Akar padi selain berfungsi sebagai fisik juga berfungsi dalam proses kimia, biokimia dan biologi di lingkungan tanaman. Pada proses penyerapan hara, akar tanaman menyerap hara katioan (muatan listrik +) lebih banyak dari hara anion (muatan listrik -) dan melepaskan ion H+ ke media (tanah) untuk menyeimbangkan muatan listrik di dalam tanah (Suprihatno, 2009: 15).
Akar tanaman padi memiliki perakaran serabut. Akar serabut yaitu jika akar lembaga dalam perkembanga selanjutnya mati kemudian disusul oleh sejumlah akar yang sama besar dan semuanya keluar dari pangkal daun (Gembong, 2009: 93).
Ada dua macam akar padi yaitu (Makarim, 2008: 9):
1. Akar seminal, yaitu akar primer  yang tumbuh dari akar  radikula sewaktu  berkecambah yang muncul dari janin dekat dengan buku skutellum. Akar primer ini bersifat sementara karena nanatinya digantikan dengan akar skunder
2. Akar adventif, yaitu akar sekunder yang tumbuh dari buku terbawah batang. Akar ini bercabang. Akar skunder ini disebut akar adventif karena tumbuhnya dari bagian tanaman yang bukan embrio atau karena munculnya bukan dari akar yang tumbuh sebelumnya

Batang            :
Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, penyalur senyawa – senyawa kimia dan air dari dalam tanah dan menyimpan cadangan makanan (Makarim, 2008: 9).
Batang terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku, dan tunas (anakan) tumbuh pada buku. Jumlah buku sama dengan jumlah daun ditambah dua, yakni satu buku untuk tumbuhnya koleoptil dan yang satu lagi buku terakhir yang menjadi dasar malai. Ruas yang terpanjang adalah ruas yang teratas dan panjangnya berangsur menurun sampai ke ruas yang terbawah dekat permukaan tanah (Suprihatno, 2009: 16). 
Tunas (anakan) muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan kemudian muncul anakan sekunder. Anakan sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Makarin, 2008: 9).

Daun   :
Daun merupakan bagian tumbuhan yang berwarna hijau karena mengandung klorofil (zat hijau daun), adanya klorofil ini membuat daun mampu mengolah sinar radiasi surya menjadi karbohidrat atau energy untuk kebutuhan perkembangan tumbuhan tersebut (Suprihatno, 2009: 16).
Daun tanaman padi tumbuh pada batang dengan susunan berselang – seling, setiap buku terdapat satu daun. Tiap daun terdiri dari helaian daun, pelepah daun yang menutupi ruas, telinga daun (auricle) dan lidah daun (ligule). Adanya telinga daun dan lidah daun ini dapat membedakan padi dengan rerumputan pada tahap biit (sleeding), karena rumput hanya memiliki telinga daun atau lidah daun saja atau terkadang tidak memiliki keduanya (Makarim, 2008: 9).
Bangun daun pada daun padi adalah bangun pita (ligulatus), yaitu Pada penampang melintangnya pipih dan daunnya panjang. Daun padi memeliki ujung daun meruncing, pangkal daun membulat, tepi daun rata, susunan tulang daun sejajar, daging daun seperti kertas dan warna dau hijau (Gembong, 2009: 31).
Jumlah daun pada tiap varietas berbeda-beda. Varietas baru di tropic ditemukan setiap varietas memiliki daun sekitar 14-18 daun pada tiap batang (Makarim, 2008: 9).

Bunga             :
            Bunga tanaman padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada tiap malai disebut spikelet yang sesungguhnya merupakan bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik, benangsari serta beberapa organ lainnya yang bersifat interior. Tiap unit bunga terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer dan cabang skunder (Makarim, 2008: 10).
Tiap unit bunga padi pada hakikatnya adalah floret yang terdiri dari satu bunga. Satu floret berisi satu bunga dan satu bunga terdiri atas satu organ betina (pistil) dan 6 organ jantan (stamen). Stamen memiliki dua sel  kepala sari yang ditopang oleh tangkaisari berbentuk panjang, sedangkan pistil terdiri satu ovul yang menopang dua stigma melaluistile pendek (Suprihatno, 2009: 16).
            Pada dasar bunga dekat palae  terdapat dua struktur transparan yang disebut lodikula. Lodikulus ini menembus lemma dan palae yang terpisah sewaktu pembungaan agar pematangan benangsari (stamen) dapat tersembul dari floret yang terbuka.  Lemma dan palae tertutup setelah kepalasari (anthers) manyerbukkan tepung sarinya (pollen) (Makarim, 2008: 12).
Manfaat
Padi memiliki banyak manfaat. Beberapa manfat padi tersebut di antaranya yaitu:
1.   Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan Negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia (Makarim.2008:4).
2.   Tepung beras dapat digunakan sebagai bahan makanan ringan dan makanan tradisional seperti jenang, nogosari dan lain-lain. Selain itu tepung beras juga dapat digunakan sebagai bahan produk industri makanan (Mutakin, 2005: 4).
3.   Tepung beras merah mengandung karbohidrat, lemak, serat, asam folat, magnesium, niasin, fosfor, protein, vitamin A, B, C, Zn, dan B kompleks yang berkhasiat untuk mencegah berbagai macam penyakit, seperti kanker  usus, batu ginjal, beri-beri insomnia, sembelit, dan wasir, serta mampu menurunkan kadar gula dan kolesterol (Suardi, 2005: 2).
4.   Pigmen antosianin pada beras berwarna tidak hanya terdapat pada perikarp dan tegmen (lapisan kulit) beras, tetapi juga pada setiap bagian gabah  yang berfungsi sebagai antioksidan, antimutagenik, hepatoprotektif  antihipertensi dan antihiperglisemik (Suardi, 2005: 3).
5.   Air rebusan beras memiliki kandungan karbohidrat, protein dan mineral yang tidak terlalu tinggi, sungguhpun demikian air rebusan beras dapat dimanfaatkan sebagai minuman tambahan pengganti susu yang relative lebih aman dikonsumsi karena bebas dari adanya bahan tambahan (pengawet) (Barus, 2005: 2).
6.   Angkak beras dapat digunakan sebagai bahan bumbu, pewarna dan obat karena mengandung bahan bioaktif berkhasiat. Angkak adalah beras yang difermentasi oleh kapang sehingga penampakannya berwarna merah, karena Kapang menghasilkan pigmen yang tidak toksik dan tidak mengganggu sistem kekebalan tubuh (Kasim, 2005: 1).
Selain berasnya, organ-organ lain tanaman padi uga memiliki manfaat, diantaranya yaitu:
1.   Jerami yang masih hijau dapat digunakan sebagai bahan pakan hewan ternak pemamahbiak, seperti sapi, kuda dan kerbau. Jerami juga padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha tani (Mutakin, 2005: 5).
2.   Dedak padi dapat digunakan sebagai bahan pakan hewan ternak, seperti ayam dan angsa (Mutakin, 2005: 5).
3.   Di dalam dedak padi yang telah distabilisasi ditemukan sekitar 33,0% - 40,0% serat makanan. Dedak padi adalah limbah dari penggilingan padi yang umumnya hanya digunakan sebagai pakan ternak. Produk-produk beras dan turunannya diketahui mempunyai sifat tidak mendatangkan alergi, mudah dicerna, bebas gluten, dan kaya karbohidrat kompleks. Keunggulan keunggulan tersebut menjadikan dedak sebagai salah satu produk ikutan beras sangat berguna pangan alternatif manusia. Industri roti dan kue bisa memanfaatkan dedak sebagai substitusi tepung terigu sehingga bisa menghasilkan produk roti atau kue yang sehat karena kaya serat (Herminingsih, 2008: 4).

Jagung 
 
Sistematika Zea mays L.
Kingdom          Plantae
Divisio             Magnoliophyta
Classis             Liliopsida      
                                    Ordo                Poales
                                                Familia                        Poaceae
                                                            Genus             Zea
                                                                        Species           Zea mays L.

Dokumentasi :
            Daerah Perumahan Sigura gura, tanggal 7 Maret 2012

Habitus                       :
Perawakan tanaman jagung adalah herba.  Tumbuhan berbatang herba memiliki cirri batang memiliki cairan atau mengeluarkan getah serta lunak (Indriyanto, 2008: 92).

Akar                            :
            Sistem perakaran jagung adalh akar serabut. Akar serabut yaitu jika akar lembaga dalam perkembanga selanjutnya mati kemudian disusul oleh sejumlah akar yang sama besar dan semuanya keluar dari pangkal daun (Gembong, 2009: 93).
            Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air. Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu (Subekti, 2005: 4):
1.   Akar seminal. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3
2.   Akar adventif. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7 – 10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal
3.   Akar udara. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah
Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah.

Batang                        :
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60 300 cm (Subekti, 2005: 2).
Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang. Jaringan pembuluh tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan jaringan pembuluh yang tinggi, dan lingkaran – lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan jaringan pembuluh berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi jaringan pembuluh yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah (Subekti, 2005: 2).

Daun               :
Daun jagung memanjang dan keluar dari bukubuku batang. Jumlah daun terdiri dari 8 48 helain. Tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu pelepah  daun, lidah daun, dan helaian daun. Pelepah  daun umumnya membungkus batang. Antara pelepah  dan helaian terdapat lidah daun yang disebut liguna. Liguna ini berbulu dan berlemak. Fungsi liguna adalah mencegah air masuk kedalam kelompok daun dan batang (Subekti, 2005: 2).
 Lebar helai daun dikategorikan mulai dari sangat sempit (< 5 cm), sempit (5,1 – 7 cm), sedang (7,1 – 9 cm), lebar (9,1 – 11 cm), hingga sangat lebar (>11 cm) (Efendi, 2007: 4).
Bangun daun tanaman jagung adalah bangun pita (ligutalus). Pada penampangnya pipih dan daun amat panjang. Daun bertulang sejajar (rectinervis), yang mempunya ibu tulang di tengah yang besar membujur daun sedang tulang-tulang lainnya jelas lebih kecil dengan arah yang sejajar ibu tulang. Tepi daun rata. Daging daun bagian daun yang berada di antara tulang-tilang daun dan urat – urat daun adalah seperti kertas  (papyraceus), tipis tapi cukup kaku tegar (Gembong, 2009: 31). 
Bentuk ujung daun bermacam-macam yaitu runcing, meruncing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul (Subekti, 2005: 3).

Bunga             :
            Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Efendi, 2007: 4).
Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma (Subekti, 2005: 5).
Biji                  :
Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200 400 biji. Biji jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut paricarrp. Bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Efendi, 2007: 5).
Manfaat          :
Keuntungan bertanam jagung ternyata sangat besar. Selain biji sebagai hasil utama, batang jagung merupakan bahan pakan ternak yang sangat potensial. Dengan demikian, dalam pengusahaan jagung selain mendapat biji atau tongkol  jagung, masih ditambah lagi dengan brangkasannya yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Dari segi pengelolaan, keuntungan bertanam jagung adalah kemudahan dalam budidaya. Tanaman jagung merupakan tanaman yang tidak membutuhkan perawatan intensif dan dapat ditanam di hampir semua jenis tanah. Resiko kegagalan bertanam jagung umumnya sangat kecil dibandingkan tanaman palawija lainnya (Sunarti, 2005: 4).       
Hampir seluruh bagian tananam jagung memiliki nilai ekonomis. Secara umum, beberapa manfaat bagian bagian tanaman jagung dijelaskan sebagai berikut (Sunarti, 2005: 5):
1.   Batang dan daun muda untuk pakan ternak
2.   Batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos
3.   Batang dan daun kering untuk kayu bakar
4.   Batang jagung untuk lanjaran (turus)

Selain bijinya, bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah tongkol jagung yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pakan ternak, kemudian batangnya dapat dijadikan senagai bahan pulp (bahan kertas), serta daunnya yang dapat dimanfaatkansebagai bahan pengemasan makanan (Sunarti, 2005: 6).
Secara garis besar, kegunaan jagung dapat dikelompokkan manjadi tiga, yaitu bahan pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri.
1.    Bahan Pangan
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, jagung sudah menjadi konsumsi seharihari. Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti jagung, bubur jagung, jagung campuran beras, dan banyak lagi makanan tradisional yang berasal dari jagung (Subekti.2005:8).
Jagung sebagai makanan pokok juga dilakukan di beberapa negara antara lain Rumania, bekas Yugoslavia, Mesir, Peru, Afrika Selatan, Meksiko, dan lain lain. Di Italia jagung dimakan sebagai bubur dengan nama Polenta, di Rumania dengan nama Mamaliga, di bekas Yugoslavia dikenal Zgance, di Spanyol, Meksiko dan Amerika Tengah di makan dalam bentuk roti dengan nama Tortillas (Mangunwidjaja, 2003: 4).
2.   Bahan Pakan Ternak
Ternak Bagi sebagian besar peternak di Indonesia, jagung merupakan salah satu bahan campuran pakan ternak. Bahkan di beberapa pedesaan jagung digunakan sebagai bahan pakan utama. Biasanya, jagung dicampur bersama bahan pakan lain seperti dedak, shol’gum, hijauan, dan tepung ikan. Pakan berbahan jagung umumnya diberikan pada ternak ayam, itik, dan puyuh (Sunarti, 2005: 5).
3.   Bahan industry
Pati jagung dan derivatnya digunakan pada industri kertas, tekstil, cat, dan farmasi. Di Amerika Serikat, HFCS mempunyai porsi 40% dari penggunaan gula nasional (Mangunwidjaja, 2003: 4).
Di pasaran, banyak beredar produk olahan jagung. Produk olahan jagung tersebut umumnya berasal dari industri skala rumah tangga hingga industri besar. Secara garis besar, beberapa industri yang mengolah jagung menjadi produk sebagai berikut (Sunarti, 2005: 6):
a.   Industri giling kering, yaitu menghasilkan tepung jagung
b.   Industri giling basah, yaitu menghasilkan pati, sirup, gula jagung, minyak, dan dextrin
c.   Industri destilasi dan fermentasi, yaitu industri yang menghasilkan etil alcohol, aseton,
d.   asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan lainlain
e.   Pengolahan Gula dari Pati Jagung
f.    Pati jagung dan pati lainnya secara kimia tersusun atas amilosa dan amilopektin yang unit penyusun terkecilnya (monomer) adalah glukosa. Secara hidrolisis dan proses kimia lain pati ini dapat diubah menjadi gula dan senyawa lebih sederhana. Sebagai ukuran berapa kandungan gula sederhana (dekstrosa) yang menyusun produk pecahan pati digunakan DE (dextrose -equivalent). Produk-produk tersebut dekstrin, maltodekstrin, mhigh maltose syrups, glucose syrups, high fructose syrups, dextrose (Mangunwidjaja, 2003: 13).
g.   Pengolahan lanjut dari pati jagung menjadi derivat pati
Modifikasi pati dapat dilakukan secara fisik (dengan pemanasan) atau secara kimiawi. Dengan modifikasi terse but sifat-sifat fisik dan kimia pati berubah sesuai dengan kegunaan yang diinginkan. Pati termodifikasi banyak digunakan untuk bahan pelapis, dan permukaan industri kertas dan tekstil. Selain itu beberapa jenis digunakan untuk pengikat (makanan bayi, salad) dan pengisi (Mangunwidjaja, 2003: 18).
            h.    Butanol
Butanol merupakan salah satu sumber energi selain alkohoI (etanol) yang dapat diproses melalui fermentasi anaerobik pati atau glukosa. Pati dipilih sebagai bahan dasar penghasil butanol dengan   fermentasi menggunakan  biakan campuran yaitu kapang (Aspergillus sp.) atau bakteri (Bacillus p.) dan bakteri pembentuk aseton – butanol – etanol (ABE) (Mangunwidjaja, 2003: 20).
SAGU
Sistematika Metroxylon sagu Rottb.
Kingdom          Plantae
             Divisio            Magnoliophyta                
                        Classis             Liliopsida
                                    Ordo                Arecales
                                                Familia                        Arecaceae
                                                            Genus             Metroxylon
                                                                        Spesies           Metroxylon sagu Rottb.

Sagu merupakan tumbuhan palmae asal Indonesia yang di duga berasal dari daerah Sentani Papua. Sagu hamper dikenal di seluruh masyarakat Indonesia, tetapi dengan sebutan nama yang berbeda-beda tiap daerahnya. Sagu dikenel dengan sebutan Rumpia di Minangkabau, Kirai di awa Barat, Bulung, Rembulu, Ambulung di Jawa Tengah, Lapia di Ambon, Bak Sagee di Aceh dan sebutan – sebutan lainnya (Tampoebolonl, 2009: 2). 
Nama Metroxylon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “metra” dan “xylon”. Metra berarti isi batang atau pembuluh dan xylon berartixilem. Sagu dari genus Metroxylon dibagi menjadi dua yaitu sagu yang berbuah atau berbunga dua kali (pleonanthic) dan sagu yang berbunga atau berbuah hanya satu kali (hepaxanthic) (Tampoebolon, 2009: 2).
Di Indonesia, masyarakat mengenal dua jenis penghasil tepung sagu utama, yaitu dari jenis Metroxylon dan jenis Arenga (sagu aren). Sagu aren tumbuh pada lahan relatif kering (banyak ditemukan di Jawa, Sumatera dan Kalimantan) dan kandungan tepungnya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan sagu Metroxylon. Sagu Metroxylon biasanya dibagi dalam dua golongan, yaitu hanya berbunga atau berbuah sekali (hapaxanthic) dan yang berbunga atau berbuah lebih dari satu kali (pleonanthic) (Temboelon, 2009: 2).

Habitus           :
Perawakan dari tumbuhan sagu adalah adalah pohon.

Habitat            :
Tanaman sagu tumbuh secara alami terutama di daerah dataran atau rawa denganang  sumber air yang melimpah.  Tanaman sagu masih dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1.250 m dpl dengan curah hujan 4.500 mm/ tahun. (Limbongan, 2007: 1).
Sagu memiliki daya adaptasi yang tinggi pada lahan marjinal dan kritis yang memungkinkan pertumbuhan tidak optimal bagi tumbuhan lainnya. Sagu banyak diumpai di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 – 700 mdi atas permukaan laut, suhu di atas 250C dan kelembapan udara lebih dari 70 persen. Sagu tumbuh di daerah rawa berair tawar atau daerah gambut, di sepanjang aliran sungai atau daerah tropis basah yang  digenangi air (Chafid, 2010: 2).

Morfologi                   :
Tanaman sagu memiliki keragaman yang sangat tinggi, sehingga mempunyai ciri morfologi yang berbeda – beda. Di Papua terdapat 60 jenis tanaman sagu yang telah teridentifikasi yang tersebar di daerah di Jayapura, Manokwari, Merauke, dan Sorong (Chafid, 2010: 5). 
Ciri morfologi sagu Papua seperti tinggi tanaman, lingkar batang, berduri atau tidak berduri dapat digunakan untuk membedakan jenis – jenis sagu. Demikian pula warna serat, warna tepung, dan kandungan kimia dapat digunakan untuk menentukan jenis sagu yang dapat dikonsumsi (Limbongan, 2007: 5).

Akar                :
            System perakaran sagu adalah akar serabut. Akar serabut yaitu jika akar lembaga dalam perkembanga selanjutnya mati kemudian disusul oleh sejumlah akar yang sama besar dan semuanya keluar dari pangkal daun (Gembong, 2009: 93).

Batang            :
Batang sagu merupakan bagian yang terpenting karena merupakan gudang penyimpan tepung. Ukuran batang sagu berbeda-beda tergantung dari jenis, umur, dan lingkungan atau habitat tumbuhnya. Pada umur 3 – 11 tahun tinggi batang bebas daun sekitar 3 – 16 m, bahkan dapat mencapai 20 m. Sagu memiliki batang tertinggi pada umur panen, yaitu 14 tahun ke atas. Pada rumpun sagu rata-rata terdapat 1-8 batang, pada setiap pangkal batang tumbuh 5 – 7 batang anakan. Pada kondisi liar, rumpun sagu ini akan melebar dengan jumlah anakan yang banyak, dalam berbagai tingkat pertumbuhan anakan tersebut sedikit sekali yang tumbuh menjadi pohon dewasa (Chafid, 2010: 17).
Batang sagu berbentuk silinder berdiameter sekitar 50 cm bahkan dapat mencapai 80 – 90 cm. Umumnya, diameter batang bagian bawah agak lebih besar daripada bagian atas. Batang bagian bawah umumnya juga mengandung pati yang lebih tinggi dari pada bagian atas.
Batang sagu terdiri dari lapisan kulit bagian luar yang keras dan bagian dalam berupa empulur yang mengandung serat-serat dan tepung. Tebal kulit luar yang keras sekitar 3 – 5 cm. Pohon sagu yang masih muda, kulitnya lebih tipis dibandingkan dengan sagu dewasa (Limbongan, 2007: 3).


Daun               :
Daun merupakan bagian sagu yang punya peranan penting, karena merupakan dapur pembentukan tepung dalam proses fotosintesis. Daun sagu berbentuk memanjang, agak lebar, berinduk tulang daun di tengah yang menyerupai daun kelapa. Sagu yang tumbuh pada tanah liat dengan penyinaran yang baik, pada umur dewasa memiliki 18 tangkai daun yang panjangnya sekitar 5 – 7 m. Dalam setiap tangkai terdapat sekitar 50 pasang daun yang panjangnya  bervariasi antara 60 – 180 cm dan lebarnya sekitar 5 cm. Daun sagu muda umumnya berwarna hijau muda yang berangsur-angsur berubah menjadi hijau tua, kemudian berubah lagi menjadi cokelat kemerah-merahan apabila sudah tua atau matang (Chafid, 2010: 17).
Daun sagu menyirip dengan uung meruncing. Letak daun berajauhan, panjang tangkai sekitar 4 – 5 m, panjang helaian 1,5 m dengan lebar 7 cm. setiap bulan tumbuhan sagu membentuk  satu tangkai daun dengan umur rat-rata 18 bulan kemudian akan gugur (Tampoebolon, 2009: 3).

Bunga             :
Bunga sagu merupakan bunga majemuk yang keluar dari ujung atau puncak batang sagu, berwarna merah kecokelatan seperti warna karat. Sagu berbunga dan berbuah pada umur sekitar 10 – 15 tahun tergantung pada kondisi tanah, tinggi tempat, dan varietas. Bunga sagu bercabang banyak seperti tanduk rusa yang terdiri dari cabang-cabang primer, sekunder, dan tersier. Pada cabang tersier terdapat sepasang bunga jantan dan bunga betina. Munculnya bunga menandakan bahwa sagu telah mendekati akhir daur pertumbuhan (Chafid, 2010: 18).
Bunga jantan mengeluarkan tepungsari sebelum bunga betina terbuka. Putik bunga betina memiliki tiga sel telur, tetapi hanya satu yang dapat berkecambah yang dua bersifat rudimenter (Tampoebolon, 2009: 4).

Buah               :
Buah sagu berbentuk bulat menyerupai buah salak dan mengandung biji fertile. Waktu antara bunga mulai muncul sampai fase pembentukan buah diduga berlangsung sekitar dua tahun. Pohon sagu mengandung tepung maksimum pada fase antara waktu setelah berbunga dan sebelum buah berbentuk sempurna (Chafid, 2010: 18).

Manfaat
Tanaman sagu memiliki banyak manfaat diantaranya yaitu (Chafid, 2010: 21):
1.   Pelepahnya dipakai sebagai dinding atau pagar rumah.
2.   Daunnya digunakan untuk atap
3.   Kulit atau batangnya merupakan kayu bakar yang bagus
4.   Aci sagu (bubuk yang dihasilkan dengan cara mengekstraksi pati dari umbi atau empulur batang) dapat diolah menjadi berbagai makanan
5.   Sebagai makanan ternak
6.   Serat sagu dapat dibuat hardboard atau bricket bangunan bila dicampur semen
7.   Dapat dijadikan perekat (lem) untuk kayu lapis
8.   Apabila rantai glukosa dalam pati dipotong menjadi 3-5 rantai glukosa (modifief starch) dapat dipakai untuk menguatkan daya adhesive dari proses pewarnaan kain pada industri tekstil.
9.   Dapat diolah menjadi bahan bakar metanol-bensin

Selain itu,ampas sagu yang telah disaring dapat diadikan media pertumbuhan jamur sagu yang dapat dimakan. Sedangkan sisa batang sagu (pangkal) dan pucuk sagu yang telah ditebang dibiarkan menjadi tempat berteluanya kumbang yang dapat menghasilkan ulat sagu yang dapat dimakan (Dina, 2001: 36). 
Pusat Pengembangan Dan Penelitian Teknilogi Pangan, telah melakukan penelitian tentang variasi produk sagu. Sagu dapat diolah menjadi beraneka ragam makanan, diantaranya yaitu chiki sagu, makanan sapihan untuk bayi umur 6 bulan ke atas dan kuesagu basah. Produk tersebut usaha indusrti besar, industry kecil ataupun penghasilan rumah tangga (Dina, 2001: 36).
Ampas sagu dapat dimanfaatkan menadi pupuk Urea dengan mencampurkan fese kering ayam boiler, abu dapur, dan pupuk urea. Ketiga bahan tersebut diaduk kemudian diberi EM4, diaduk kemudian dibuat gundukan pada suhu 40 – 500C dan ditutup dengan karung goni (Limbongan, 2007: 1). 
            Penggunaan sagu sejauh ini untuk bahan tradisional atau campuran tepung terigu dalam pembuatan kue yang umumnya diproduksi dalam skala industri kecil. Kandungan pati yang cukup tinggi dari tepung sagu memungkinkan sagu dipergunakan sebagai (Dina, 2001: 39):
1.   Bahan baku untuk produksi glukosa
2.   Bahan baku high fructose syrup, sorbitol dan lain-lain
3.   Bahan baku industri alkohol
4.   Bahan baku industri tekstil
5.   Bahan baku industri lem untuk plywood


DAFTAR PUSTAKA

Arpiwi. 2007. PENGARUH KONSENTRASI GIBERELIN TERHADAP PRODUKSI BIBIT KENTANG (Solanum tuberosum L. cv. GRANOLA) UKURAN M (31 - 60 gram). Biologi. Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Bali
Barus, Pina. 2005. Studi Penelitian Kandungan Karbohidrat, Protein Dan Mineral Dalam Air Rebusan Beras Sebagai  minuman Pengganti  susu. Jurnal Sains Kimia (Suplemen). Vol 9, No 3
Chafid, Ahmad, dkk. 2010. Modifikasi Tepung Sagu Menadi Maltodekstrin Menggunakan Enzim Amilase. Semarang: Universitas Diponegoro
Djukri dan Purwoko. 2003. PENGARUH NAUNGAN PARANET TERHADAP SIFAT TOLERANSI TANAMAN TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott). IPB: Vol. 10 No. 2, 2003 : 17-25
Effendi, Roy. 2007. Botani Dan Morfologi Tanaman Jagung. Medan: Universitas Sumatra Utara
Herminingsih, Anik. 2008. Manfaat serat dalam menu makanan. Yogyakarta: Universitas Mercubuana
Indriyanto.2009. Ekologi Hutan. Jakarta: Erlangga
Jayus. 2005. Teknologi Singkong. Bagor: IPB
Kasim, Ernawati. 2005. Kandungan Pigmen dan Lovastatin pada Angkak Beras Merah Kultivar Bah Butong dan BP 1804 IF 9 yang Difermentasi dengan Monascus purpureus Jamba. Biodeversitas. Vol 7, no 1
Krey, Lena Dina. 2001. Teknik Pembibitan Dan Penanaman Sagu Secara Tradisional Oleh Penduduk Asli Sentani di Kabupaten Dati II Jayapura. Manukwari: Fakultas Pertanian Universitas Cendrawasih
Limbongan, ermia. 2007. Morfologi Beberapa Sagu Potensial Di Papua. Jurnal Litbang Pertanian Vol 26, No 1
Makarim, karim. 2008. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Jakarta: balai besar penelitian tanaman padi
Mangunwidjaja, Djumali. 2003. Teknologi Dan Diversisifikasi Pengolahan Jagung. Bogor: Fakultas Pertanian IPB
Mutakin, Jaenal. 2005. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta: Kanisius
Suardi, Didi. 2005. Potensi Beras Untuk Meningkatkan Mutu Pangan. Bogor: Jurnal Litbang Pertanian Vol 24, No 3
Subekti, Nuning Argo.2005.  Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Jakarta: balai  penelitian tanaman serealia
Sunarti, Sri. 2005. Investasi Agribisnis Jagung. Medan: Universitas Sumatra Utara
Suprihatno, bambang, dkk. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Jakarta: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Steenes, Van. 2006. Flora UntukSekolah Di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramita
Tempoboelon, Baginda Iakandar. 2009. Kajian Perbedaan Aras Dan Lama Pemeraman Fermntasi  Ampas Sagu Dengan Aspergiilus niger terhadap Kandungan Protein kasar Dan Serat Kasar. Semarang: Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan
Titrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM
       



       

2 komentar: