BAB I
Pendahuluan
Tanaman tegak
merupakan bentuk dari batang yang tumbuh dengan percabanagn monopodial artinya
batang tanaman dapat dibedakan sebagai batang utama dari cabang/ ranting yang
lain. Bentuk dari tanaman tegak biasanya tidak membutuhkan cakupan tanah
ataupun tempat tumbuh yang luas. Sehigga tanaman jenis tegak seringkali
dibudidayakan oleh manusia sebagai tanaman hias atau tanaman budidaya.
Seringkali jenis tanaman tegak dibudidayakan sebagai hiasan di halaman rumah,
seperti Palem paleman, cemara dan pohon tegak lainnya.
Tanaman
tegak lebih mudah perawatanya dari pada tanaman perdu, karena tanaman tegak
lebih sedikit dalam menyumbang sampah bentuk daun yang berguguran di tanah.
Sehingga orang – orang lebih senang dengan tanaman yang tegak. Selain itu,
tanaman tegak juga dapat mengahasilkan buah – buahan yang rasanya di nilai
manis hingga tak berasa. Inilah salah satu kekurangan dari bentuk – bentuk
produksi dalam menanam tanaman tegak di halaman rumah.
Surat Ar Ra’d ayat
4:
Artinya:
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan
kebun-kebun anggur, tanaman – tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang
tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian
tanam – tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda – tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir.
Oleh karena itu, begitu besarnya
karunia Allah pada mahkluknya yang diberikan berbagai macam tanam – tanaman
untuk dimanfaatkan hasilnya. Sehingga dalam karangan ilmiah ini akan dibahas
secara detail morfologi dan manfaatnya tentang macam – macam tanaman tegak yang
terdapat di halaman rumah.
BAB II
Hasil dan Pembahasan
KETELA POHON
Sistematika Manihot utilisima
Kingdom Plantae
Divisio Magnoliophyta
Classis Magnoliodsida
Ordo Malpighiales
Familia Euporbiaceae
Genus Manihot
Species
Manihot utilisima
Dokumentasi :
Daerah
Lumpur Lapindo Sidoarjo, tanggal 26 Februari 2012
Nama lokal :
Jawa
Timur : Pohong
Tolitoli
: Kasubi
Habitat :
Habitat pohon Singkong banyak ditemukan di daerah subtropis dan
tropis yang hidupnya tersebar dimana – mana.
Habitus :
Tanaman kentang merupakan herba yakni tanaman pendek yang tidak berkayu
Tanaman kentang merupakan herba yakni tanaman pendek yang tidak berkayu
Akar :
Akar
ketela pohon berwarna cokelat hingga kehitaman dan menggembung akibat dari
penyimpanan cadangan makanan di akar. Sistem perakaran pada ketela pohon adalah
tunggang (radix primaria). Akar serabut pada ketela pohon hampir sebesar
lengan dan masing – masing tidak menunjukkan percabangan. Akar Ketela pohon
merupakan modifikasi dari akar ketela pohon sendiri sehingga disebut umbi akar.
Batang :
Batang ketela pohon berwarna cokelat keputih – putihan.
Batang ketela pohon merupakan batang jenis mendong (calamust) yang
beruas – ruas akibat pertumbuhan tangkai daun. Bentuk batangnya bulat (teres),
sifat permukaannya licin (laevis), selain itu bentuk permukaan batangnya
memperlihatkan berkas – berkas daun. Arah tumbuh batang ketela pohon adalah
tegak lurus (erectus), percabangan pada ketela pohon adalah monopodial
yaitu batang pokok selalu tampak jelas. Cabang – cabang batang termasuk sirung
panjang (virgia). Arah tumbuh cabang ketela pohon adalah type mendatang
(horizontalis), jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut
900. Membicarakan pangkal batang ketela pohon termasuk tumbuhan anual (annuss) yakni tumbuhan
yang umurnya pendek. Tinggi tanaman dapat mencapai 0,5 – 3 meter.
Daun :
Daun
ketela pohon merupakan daun tidak lengkap yang hanya terdapat helaian (lamina)
dan tangkai (petiolus), sehingga type daunnya termasuk daun bertangkai.
Bangun daun ketela pohon adalah bangun bulat (orbicularis). Ujung daun
ketela pohon adalah runcing (acutus), pangkal daunnya rata (truncatus).
Tulang daun ketela pohon adalah menjari. Tepi daunnya rata, ketela pohon
memiliki type toreh berbagi menjari (palmatipartitus). Daging daunnya
lunak (herbaceus). Warna daunnya hijau, permukaan daunnya gundul (glaber),
type daun majemuk beranak daun 5 dan 6. Setiap buku terdapat satu tangkai daun,
letaknya berseling.
Bunga :
Bungan ketela pohon merupakan bunga majemuk tak terbatas, bungannya
simetris, pelipatan bunganya terlipat ke dalam, daun – daun kelopak terbuka (aperta),
dasar bunganya pendukung benag sari dan putik (androginofor), dasar
bunganya seperti cawan.
Bunga
kecil, bersimetri banyak, uniseksual, seringkali monoecious yang tersusun
sebagai bunga mejemuk, perinatum kelipatan 5 dalam satu atau dua seri dan dapat
mereduksi, ovarium berlokuli 3, ovula satu atau dua dalam tiap lokulus (Sudarsono,
2005).
Buah :
Buah
bervariasi, umumnya masak menjadi buah dehisen yang sizokarp (terdiri dari 3
koksi)
Biji :
Biji
terdiri dari 3 koksi dengan 3 atau 6 biji yang memiliki endosperm
Kandungan menurut Jayus (2005):
Umbi singkong
memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat
besi, vitamin B dan C, dan amilum. Daun mengandung vitamin A, B1 dan C,
kalsium, kalori, forfor, protein, lemak, hidrat arang, dan zat besi. Sementara
kulit batang, mengandung tannin, enzim peroksidase, glikosida, dan kalsium
oksalat.
Manfaat :
Ketela pohon banyak sekali manfaatnya antara lain:
1.
Sebagai sumber karbohidrat,
2.
Sebagai obat rematik
3.
Sebagai obat sakit kepala
4.
Sebagai obat luka bernanah
5.
Sebagai obat diare
6.
Sebagai oabt cacingan
7.
Dapat meningkatkan stamina
UWI
Sistematika Dioscorea alata
Kingdom Plantae
Divisio Magnoliophyta
Classis Liliopsida
Ordo Dioscoreales
Familia Dioscoreaceae
Genus Dioscorea
Species
Dioscore alata
Nama lokal :
Sumatera :
Ubi
Pasundan
:
Huwi
Jawa :
Uwi
Madura :
Ubi
Makasar :
Same
Maluku : Lutu
Nama lokal lain : uwi wulung, uwi beras, uwi
bangkulit, uwi jengking, dan uwi rondo sluku.
Habitat :
Habitat tanaman uwi banyak ditemukan di daerah subtropis dan tropis
yang hidupnya tersebar dimana – mana
Habitus :
Tanaman
kentang merupakan herba yakni tanaman pendek yang tidak berkayu
Akar :
Akar uwi berwarna putih dan menggembung akibat dari penyimpanan
cadangan makanan di akar. Sistem perakaran pada uwi adalah Serabut (radix
adventicia). Akar serabut pada uwi hampir sebesar genggaman tangan dan
masing – masing tidak menunjukkan percabangan. Akar uwi merupakan modifikasi
dari batang uwi sendiri sehingga disebut umbi katak (tuber accessorium).
Batang :
Batang uwi berwarna hijau tua. Batang uwi merupakan jenis
batang basah (herbaceus) yakni batang lunak dan berair. Bentuk batangnya
bersegi (angularis), sifat permukaannya licin (laevis), selain
itu bentuk permukaan batangnya bersayap (alatus). Arah tumbuh batang
adalah memanjat (scandens) dan membelit ke kanan (dextrorsum
volubilis), percabangan pada uwi adalah simpodial yaitu batang pokok sukar
ditentukan karena dalam perkembangan kalah cepat pertumbuhannya dibanding
cabangnya. Cabang – cabang batang uwi termasuk geragih (falgellum). Arah
tumbuh cabang kentang adalah type terkulai (declinatus). Membicarakan pangkal batang kentang termasuk tumbuhan anual (annuss) yakni tumbuhan yang
umurnya pendek. Dapat mencapai panjang 10 meter.
Daun :
Daun
uwi merupakan daun tidak lengkap yang hanya terdapat helaian (lamina)
dan tangkai (petiolus), sehingga type daunnya termasuk daun bertangkai.
Bangun daun adalah bangun jantung (cordatus) yaitu bangun seperti bulat
telur, tetapi pangkalnya memperlihatkan suatu lekukan. Ujung daun uwi adalah
meruncing (acuminatus), pangkal daunnya berlekuk (emarginatus).
Tulang daun uwi adalah melengkung (cervinervis). Tepi daunnya rata.
Daging daunnya lunak (herbaceus). Warna daunnya hijau, permukaan daunnya
berbulu, type daun majemuk menyirip gasal beranak daun tiga. Setiap buku
terdapat satu tangkai daun.
Bunga :
Uwi memiliki bunga
tersusun majemuk, tumbuh dari ketiak daun, berumah satu. Bunga jantan tersusun
rapat 1 – 3 cm; bunga betina tersusun jarang, lebih panjang, 15-20cm; mahkota
berwarna ungu dengan panjang 2 mm.
Buah :
Buah
berbentuk kapsul atau beri.
Manfaat :
1.
sebagai sumber kabohodrat
2.
sebagai acara 7 bulan dalam kehamilan
KENTANG
Sistematika Solanum tuberosum L.
Kingdom Plantae
Divisio Magnoliophyta
Classis Magnoliodsida
Ordo Solanales
Familia Solaneceae
Genus Solanum
Species
Solanum tiberosum L.
Nama lokal :
Kentang
Habitat :
Habitat tanaman kentang banyak ditemukan di daerah subtropis dan
tropis yang hidupnya tersebar dimana – mana.
Habitus :
Tanaman
kentang merupakan herba yakni tanaman pendek yang tidak berkayu
Akar :
Akar
kentang berwarna putih kecokelatan dan menggembung akibat dari penyimpanan
cadangan makanan di akar. Sistem perakaran pada kentang adalah Serabut (radix
adventicia). Akar serabut pada kentang hampir sebesar genggaman tangan dan
masing – masing tidak menunjukkan percabangan. Akar kentang merupakan
modifikasi dari akar kentang sendiri sehingga disebut umbi batang (tuber
caulogenum).
Batang :
Batang kentang berwarna hijau muda sampai tua. Batang kentagn
merupakan jenis batang basah (herbaceus) yakni batang lunak dan berair.
Bentuk batangnya bulat (teres), sifat permukaannya licin (laevis),
selain itu bentuk permukaan batangnya memperlihatkan berkas – berkas daun. Arah
tumbuh batang adalah condong (ascendes), percabangan pada kentang adalah
simpodial yaitu batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembangan kalah
cepat pertumbuhannya dibanding cabangnya. Cabang – cabang batang kentang
termasuk geragih (falgellum). Arah tumbuh cabang kentang adalah type
terkulai (declinatus). Membicarakan
pangkal batang kentang termasuk tumbuhan anual (annuss)
yakni tumbuhan yang umurnya pendek.
Daun :
Daun
kentang merupakan daun tidak lengkap yang hanya terdapat helaian (lamina)
dan tangkai (petiolus), sehingga type daunnya termasuk daun bertangkai.
Bangun daun adalah bangun jorong (ovalis) yaitu perbandingan panjang :
lebar = 1,5 – 2 : 1. Ujung daun kentang adalah runcing (acutus), pangkal
daunnya membulat (rotudantus). Tulang daun kentang adalah menyirip. Tepi
daunnya bergrigi. Daging daunnya lunak (herbaceus). Warna daunnya hijau,
permukaan daunnya gundul (glaber), type daun majemuk menyirip gasal.
Setiap buku terdapat dua tangkai daun.
Bunga :
Bunga sempurna dan tersusun majemuk. Ukuran cukup besar, dengan diameter
sekitar 3 cm. Warnanya berkisar dari ungu hingga
putih.
Kandungan menurut Arpiwi (2007):
Kandungan utama pada
kentang adalah sumber karbohidrat terbesar ke empat di dunia, memiliki
kandungan air per 100 gram kentang ialah 82 gram, dengan nilai protein sebanyak
2 gram dan kälori sebanyak 70 kkal. Selain kandungan – kandungan tersebut,
kentang juga memiliki kandungan lain seperti zat besi dan riboflavin yang
penting bagi tubuh.
Demikian pula dengan
vitamin yang ada pada kentang. Sebut saja vitamin C yang notabene mengandung
antioksidan yang ampuh untuk mengusir radikal bebas dalam tubuh. Untuk itu,
agar bisa memperoleh manfaat vitamin C dengan maksimal pilihlah kentang yang
baik kondisinya antara lain dengan memilih yang tidak bertunas, kulitnya
kencang, tidak ada bercak kehijauan, dan tidak ada lubang pada permukaannya.
Kentang juga mengandung beberapa vitamin lain seperti vitamin B6 yang berperan
dalam sintesis dan metab
Manfaat :
Ketela pohon banyak sekali manfaatnya antara lain:
1.
Sebagai sumber karbohidrat
2.
Memelihara kesehatan tulang dan gigi
TALAS
Sistematika
Colocasia gigantea
Kingdom Plantae
Divisi Magnoliophyta
Clasis Liliopsida
Ordo Arales
Genus Colocasia
Spesies Colocasia
gigantea
Dokumentasi :
Daerah
Perumahan Sigura gura Malang, tanggal 7 Maret 2012
Habitat :
Talas dapat tumbuh baik di tanah – tanah basah
termasuk tanah – tanah sawah dengan irigasi yang teratur, tanah-tanah
beririgasi, dan tanah di paya – paya yang miskin akan drainase. Suhu 25
– 30°C dan kelembaban yang tinggi akan mendukung pertumbuhan talas.Talas dapat
tumbuh mulai dari pantai sampai ketinggian 1800 m dpl. di Filipina; 1200 m dpl.
di Malaysia dan 2700 m dpl. di Papua New Guinea.
Habitus :
Tumbuhan berupa terna, tegak.
Akar :
Sistem perakaran liar, berserabut, dan dangkal.
Sistem perakaran liar, berserabut, dan dangkal.
Batang :
Batang yang tesimpan dalam tanah pejal,
menyilinder atau membulat, biasanya coklat tua, dilengkapi dengan kuncup ketiak
yang terdapat di atas lampang daun tempat munculnya umbi baru, tunas atau
stolon.
Daun :
Daun memerisai dengan tangkai panjang dan
besar. Perbungaan tongkol dikelilingi oleh seludang dan didukung oleh gagang
yang lebih pendek dari tangkai daun.
Bunga :
Bunga jantan dan betina kecil, tempatnya
terpisah pada tongkol, bunga betina di bagian pangkal, hijau, bunga jantan pada
bagian atasnya warna putih steril, ujung tongkol dilengkapi dengan organ
steril.
Biji :
Biji membundar telur
Buah :
Perbuahan seperti kepala yang berisi buah buni
yang rapat
Manfaat menurut Djukri (2003) :
1.
Bubur talas dapat melancarkan pencernaan sehingga dapat dikonsumsi
untuk makanan bayi dengan tingkat alergi yang rendah.
2.
Talas dimakan sebagai makanan pokok, dengan cara dipanggang,
dikukus atau dimasak dalam tabung bambu.
3.
Dapat dimanfaatkan dalam festival – festival keagamaan, sebagai obat-obatan
masyarakat dan sebagai makanan ternak terutama babi.
4.
Daun digunakan untuk membungkus buntil (ikan teri yang digarami
dicampur dengan bumbu, kelapa parut dan sayuran, dibungkus dan dikukus dalam
daun talas), tangkai daun juga dapat dimasak.
5.
Di Filipina digunakan pada waktu pati dan sayuran hijau mengalami
penurunan pasokan. Umbi dapat dimakan dengan cara dikukus dan digoreng lebih
dulu atau dibuat menjadi permen.
6.
Di Hawaii dan beberapa bagian Polynesia, umbi dikukus dan ditumbuk
untuk dibuat pasta yang selanjutnya dapat difermentasi untuk menghasilkan
poding. Poding dapat dibuat dari talas yang diparut dan dicampur kelapa.
KETELA RAMBAT
Sistematika
Ipomoea batatas Poir
Kingdom Plantae
Divisio Magnoliophyta
Clasis` Magnoliopsida
Ordo Solanales
Famili Convolvulaceae
Genus Ipomoea
Species Ipomoea batatas Poir
Dokumentasi :
Daerah
Perumahan Sigura gura Malang, tanggal 7 Maret 2012
Nama lokal :
Ketela
Rambat, Telo
Habitat :
Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di
daerah beriklim panas dan lembab, dengan suhu optimum 27°C dan lama penyinaran
11 – 12 jam per hari. Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 meter
dari permukaan laut. Ubijalar tidak membutuhkan tanah subur untuk media
tumbuhnya.
Habitus :
semak – semak kecil
semak – semak kecil
Akar :
Perakaran
serabut
Batang :
Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu,
berbentuk bulat, dan teras bagian tengah bergabus. Batang ubi jalar beruas – ruas
dan panjang ruas antar 1 – 3 cm. Panjang batang berkisar 2 – 3 m untuk varietas
merambat, dan 1 – 2 m untuk varietas bertipe tegak. Diameter batang ubi jalar
bergantung pada varietasnya, ada yang berukuran besar, sedang, maupun kecil.
Daun :
Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat
lonjong, dan bulat runcing, tergantung pada varietasnya. Daun ubi jalar
memiliki tulang-tulang menyirip; kedudukan daun tegak agak mendatar dan
bertangkai tunggal yang melekat pada batang. Daun ubi jalar dalm satu tanaman
berjumlah banyak. Daun ubi jalar berwarna hijau tua dan hijau kuning. Sedangkan
warna tangkai daun dan tulang daun bervariasi, yakni antara hijau dan ungu
sesuai dengan warna batang
Bunga :
Bunga tanaman ubi jalar berbentuk terompet yang
panjagnya antara 3-5 cm. Mahkota bunga berwarna ungu keputih-putihan dan bagian
dalam mahkota bunga berwarna ungu muda. Tangkai putik dan kepala putik terletak
diatas bakal buah. Bunga ubi jalar membentuk karangan tiga hingga tujuh
bunga.tangkai bunga tumbuh diketiak daun. Penyerbukan bunga dapat terjadi
secara silang atau sendiri.
Buah :
Buah ubi jalar berkotak tiga. Di dalam buah
banyak berisi biji yang sangat ringan.
Biji :
Biji buah memiki kulit yang keras.
Bentuk ubi :
Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan
permukaan rata sampai tidak rata. Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau
ungu kemerah-merahan, tergantung jenis (varietas) nya. Daging ubi berwarna
putih, kuning atau jingga sedikit ungu. kulit ubi maupun dagingnya mengandung
pigmen karotenoid dan antosianin yang menentukan warnanya. Kombinasi dan intesitas
yang berbeda – beda dari keduanya menghasilkan warna putih, kuning, oranye,
atau ungu pada kulit dan daging ubi.
Kandungan :
Memiliki serat oligosakarida yang tinggi.
Manfaat menurut Limbongan (2007) :
1.
Karbohidrat ubi jalar memiliki indeks glisemik 54 (rendah).
Artinya, karbohidrat pada ubi jalar tidak mudah diubah menjadi gula,
sehingga cocok bagi penderita diabetes. Berbeda dengan sifat karbohidrat asal
beras dan jagung yang mudah dirubah menjadi gula.
2.
Keistimewaan lain adalah tingginya kandungan serat yang bermanfaat
sebagai pengikat zat pencetus kanker dalam tubuh, sehingga ubi jalar bermanfaat
sebagai penangkal kanker.
3.
Berperan vital untuk menyedot kolesterol “jahat” di dalam darah.
Serat oligosakarida berperan mencegah sembelit, memudahkan buang angin, menjaga
keseimbangan flora usus dan prebiotik serta merangsang pertumbuhan bakteri
“baik” pada usus sehingga penyerapan zat gizi lebih efektif.
GANDUM
Sistematika
Triticum aestivum L.
Kingdom Plantae
Divisi Magnoliophyta
Clasis Liliopsida
Ordo Poales’
Famili Poaceae
Genus Triticu
Spesies Triticum
aestivum L.
Habitat :
Gandum hitam dapat tumbuh pada tipe tanah
beraerasi baik dengan pH 5 – 7.5. Sebagian besar tumbuh pada tanah ringan,
berpasir dan tanah gambut.
Habitus :
Tumbuhan terna
semusim, sering berwarna hijau kebiruan
Akar :
Sistem perakaran
luas, menjalar
Batang :
Batang tegak, lampai, gundul kecuali berambut dekat bulirnya
Daun :
Daun, satu daun diproduksi dalam satu
buku, buku terbawah juga menghasilkan pucuk atau sisip dan akar; pelepah daun
panjang dan bebas; lidah daun pendek dan bergerigi. aurikel pendek dan kecil;
helaian memita – melanset, 10 – 20 cm 1 – 2 cm, halus atau agak kasap.
Perbungaan bulir di ujung, melengkung; buliran dengan 2 bunga fertil, berseling
zig zag sepanjang rakhis. Biji menjorong, warna coklat terang, beralur sempit,
berujung pendek, gundul.
Bunga :
Perbungaan dan pembentukan biji akan berhasil
baik pada panjang hari 12 – 13 jam
Buah & biji :
Biji Gandum hitam merupakan jenis yang paling
toleran diantara jenis sereal berbiji kecil dalam hal temperatur rendah,
persediaan air dan tipe tanah. Gandum hitam berkecambah pada temperatur 4 – 5°C
dalam waktu 4 hari dan semaian bibit dapat tahan beku selama musim dingin
hingga -25°C.
Manfaat :
1.
Sebagai sumber karbohidrat bagi manusia
2.
Gandum Hitam digunakan sebagai bahan makanan hewan, terutama dalam
peternakan babi.
3.
Jerami dipanen untuk pakan ternak (lembu), bahan jerami, untuk
industri kertas/karton dan bahkan untuk bahan bakar. Dalam skala kecil, gandum
hitam yang belum dewasa dipanen secara keseluruhan untuk makanan binatang atau
ditanam untuk pupuk yang hijau.
Padi
Sistematika Oryza sativa
Kingdom Plantae
Divisio Spermatophyta
Classis Monocotyledonae
Ordo Poales
Familia Gramineae
Genus Oryza
Species Oryza
sativa
Dokumentasi :
Daerah
Perumahan Sigura gura Malang, tanggal 7 Maret 2012
Deskripsi :
Padi merupakan bahan makanan utama bagi
penduduk, meskipun ada sebagian yang mengkonsumsi jagung, ubi dan sagu.
Keberadaan padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan
tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain.
Padi merupakan tanaman pangan berupa
rumput berumpun. Padi merupakan tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua
yaitu Asia dan Afrika Barat tropis. Bukti
sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah
dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur
India sekitar 100 – 800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi
adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam (Suardi, 2005: 1).
Terdapat 25 spesies Oryza, yang
dikenal adalah Oryza sativa yaitu indica (padi bulu) yang ditanam di
Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi
kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah
yang memerlukan penggenangan (Suprihatno, 2009: 1).
Habitat :
Tempat yang cocok untuk tanaman padi
berkisar antara 0 – 1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi
adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir debu dan lempung dalam
perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi
dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 –
22 cm dengan Ph antara 4 – 7 (Makarin, 2008: 4.).
Varietas padi
tertentu cocok untuk tumbuh dalam air yang dalam, yaitu padi terapung dan
varietas lain dapat ditanam di atas tanah yang tidak dialiri, yaitu padi gaga
(Steenis, 2006: 117).
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang
berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata – rata 200 mm per bulan
atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per
tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23
°C (Suprihatno, 2009: 1).
Habitus :
Tanaman padi termasuk tanaman rerumputan.
Perawakan tanaman padi adalah herba. Tumbuhan berperawakakan herba mempunyai
ciri batang memiliki cairan atau mengeluarkan getah serta lunak (Indriyanto, 2005: 92).
Sistem perakaran
Akar berfungsi sebagai penguat atau penunjang
tanaman agar dapat tumbuh tegak, menyerap hara dan air dari dalam tanah yamg
kemudian diteruskan ke seluruh organ tanaman yang membutuhkan (Makarim, 2008: 8).
Akar padi selain berfungsi sebagai fisik juga
berfungsi dalam proses kimia, biokimia dan biologi di lingkungan tanaman. Pada
proses penyerapan hara, akar tanaman menyerap hara katioan (muatan listrik +)
lebih banyak dari hara anion (muatan listrik -) dan melepaskan ion H+ ke media
(tanah) untuk menyeimbangkan muatan listrik di dalam tanah (Suprihatno, 2009: 15).
Akar tanaman padi memiliki
perakaran serabut. Akar serabut yaitu jika akar lembaga dalam perkembanga
selanjutnya mati kemudian disusul oleh sejumlah akar yang sama besar dan
semuanya keluar dari pangkal daun (Gembong, 2009: 93).
Ada dua macam akar padi yaitu (Makarim, 2008: 9):
1. Akar seminal, yaitu akar primer
yang tumbuh dari akar radikula
sewaktu berkecambah yang muncul dari
janin dekat dengan buku skutellum. Akar primer ini bersifat sementara karena
nanatinya digantikan dengan akar skunder
2. Akar adventif, yaitu akar sekunder yang tumbuh dari buku
terbawah batang. Akar ini bercabang. Akar skunder ini disebut akar adventif
karena tumbuhnya dari bagian tanaman yang bukan embrio atau karena munculnya
bukan dari akar yang tumbuh sebelumnya
Batang :
Batang berfungsi sebagai penopang
tanaman, penyalur senyawa – senyawa kimia dan air dari dalam tanah dan
menyimpan cadangan makanan (Makarim, 2008: 9).
Batang terdiri atas beberapa ruas yang
dibatasi oleh buku, dan tunas (anakan) tumbuh pada buku. Jumlah buku sama
dengan jumlah daun ditambah dua, yakni satu buku untuk tumbuhnya koleoptil dan
yang satu lagi buku terakhir yang menjadi dasar malai. Ruas yang terpanjang
adalah ruas yang teratas dan panjangnya berangsur menurun sampai ke ruas yang
terbawah dekat permukaan tanah (Suprihatno, 2009: 16).
Tunas (anakan) muncul pada batang utama
dalam urutan yang bergantian. Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan
kemudian muncul anakan sekunder. Anakan sekunder ini pada gilirannya akan
menghasilkan anakan tersier (Makarin, 2008: 9).
Daun :
Daun merupakan bagian tumbuhan yang
berwarna hijau karena mengandung klorofil (zat hijau daun), adanya klorofil ini
membuat daun mampu mengolah sinar radiasi surya menjadi karbohidrat atau energy
untuk kebutuhan perkembangan tumbuhan tersebut (Suprihatno, 2009: 16).
Daun tanaman padi tumbuh pada batang
dengan susunan berselang – seling, setiap buku terdapat satu daun. Tiap daun
terdiri dari helaian daun, pelepah daun yang menutupi ruas, telinga daun (auricle)
dan lidah daun (ligule). Adanya telinga daun dan lidah daun ini dapat
membedakan padi dengan rerumputan pada tahap biit (sleeding), karena
rumput hanya memiliki telinga daun atau lidah daun saja atau terkadang tidak
memiliki keduanya (Makarim, 2008: 9).
Bangun daun pada daun padi adalah bangun
pita (ligulatus), yaitu Pada penampang melintangnya pipih dan
daunnya panjang. Daun padi memeliki ujung daun meruncing, pangkal daun
membulat, tepi daun rata, susunan tulang daun sejajar, daging daun seperti
kertas dan warna dau hijau (Gembong, 2009: 31).
Jumlah daun pada tiap varietas
berbeda-beda. Varietas baru di tropic ditemukan setiap varietas memiliki daun
sekitar 14-18 daun pada tiap batang (Makarim, 2008: 9).
Bunga :
Bunga tanaman padi
secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada tiap malai disebut spikelet
yang sesungguhnya merupakan bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah,
lemma, palea, putik, benangsari serta beberapa organ lainnya yang bersifat
interior. Tiap unit bunga terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas
cabang primer dan cabang skunder (Makarim, 2008: 10).
Tiap unit bunga padi pada hakikatnya
adalah floret yang terdiri dari satu bunga. Satu floret berisi satu
bunga dan satu bunga terdiri atas satu organ betina (pistil) dan 6 organ
jantan (stamen). Stamen memiliki dua sel
kepala sari yang ditopang oleh tangkaisari berbentuk panjang, sedangkan
pistil terdiri satu ovul yang menopang dua stigma melaluistile pendek
(Suprihatno, 2009: 16).
Pada dasar bunga
dekat palae terdapat dua struktur
transparan yang disebut lodikula. Lodikulus ini menembus lemma dan palae yang
terpisah sewaktu pembungaan agar pematangan benangsari (stamen) dapat tersembul
dari floret yang terbuka. Lemma dan
palae tertutup setelah kepalasari (anthers) manyerbukkan tepung sarinya (pollen)
(Makarim, 2008: 12).
Manfaat
Padi memiliki banyak manfaat. Beberapa manfat padi tersebut di
antaranya yaitu:
1.
Beras merupakan makanan sumber
karbohidrat yang utama di kebanyakan Negara Asia. Negara-negara lain seperti di
benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh
lebih kecil daripada negara Asia (Makarim.2008:4).
2.
Tepung beras dapat digunakan sebagai
bahan makanan ringan dan makanan tradisional seperti jenang, nogosari dan
lain-lain. Selain itu tepung beras juga dapat digunakan sebagai bahan produk
industri makanan (Mutakin, 2005: 4).
3.
Tepung beras merah mengandung
karbohidrat, lemak, serat, asam folat, magnesium, niasin, fosfor, protein,
vitamin A, B, C, Zn, dan B kompleks yang berkhasiat untuk mencegah berbagai
macam penyakit, seperti kanker usus,
batu ginjal, beri-beri insomnia, sembelit, dan wasir, serta mampu menurunkan
kadar gula dan kolesterol (Suardi, 2005: 2).
4.
Pigmen antosianin pada beras berwarna
tidak hanya terdapat pada perikarp dan tegmen (lapisan kulit) beras, tetapi
juga pada setiap bagian gabah yang
berfungsi sebagai antioksidan, antimutagenik, hepatoprotektif antihipertensi dan antihiperglisemik (Suardi,
2005: 3).
5.
Air rebusan beras memiliki kandungan
karbohidrat, protein dan mineral yang tidak terlalu tinggi, sungguhpun demikian
air rebusan beras dapat dimanfaatkan sebagai minuman tambahan pengganti susu
yang relative lebih aman dikonsumsi karena bebas dari adanya bahan tambahan
(pengawet) (Barus, 2005: 2).
6.
Angkak beras dapat digunakan sebagai
bahan bumbu, pewarna dan obat karena mengandung bahan bioaktif berkhasiat.
Angkak adalah beras yang difermentasi oleh kapang sehingga penampakannya
berwarna merah, karena Kapang menghasilkan pigmen yang tidak toksik dan tidak
mengganggu sistem kekebalan tubuh (Kasim, 2005: 1).
Selain berasnya,
organ-organ lain tanaman padi uga memiliki manfaat, diantaranya yaitu:
1.
Jerami yang masih hijau dapat digunakan
sebagai bahan pakan hewan ternak pemamahbiak, seperti sapi, kuda dan kerbau.
Jerami juga padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha tani
(Mutakin, 2005: 5).
2.
Dedak padi dapat digunakan sebagai bahan
pakan hewan ternak, seperti ayam dan angsa (Mutakin, 2005: 5).
3.
Di dalam dedak padi yang telah
distabilisasi ditemukan sekitar 33,0% - 40,0% serat makanan. Dedak padi adalah
limbah dari penggilingan padi yang umumnya hanya digunakan sebagai pakan
ternak. Produk-produk beras dan turunannya diketahui mempunyai sifat tidak
mendatangkan alergi, mudah dicerna, bebas gluten, dan kaya karbohidrat
kompleks. Keunggulan keunggulan tersebut menjadikan dedak sebagai salah satu
produk ikutan beras sangat berguna pangan alternatif manusia. Industri roti dan
kue bisa memanfaatkan dedak sebagai substitusi tepung terigu sehingga bisa
menghasilkan produk roti atau kue yang sehat karena kaya serat (Herminingsih,
2008: 4).
Jagung
Sistematika Zea mays L.
Kingdom Plantae
Divisio Magnoliophyta
Classis Liliopsida
Classis Liliopsida
Ordo Poales
Familia Poaceae
Genus Zea
Species Zea mays L.
Familia Poaceae
Genus Zea
Species Zea mays L.
Dokumentasi :
Daerah
Perumahan Sigura gura, tanggal 7 Maret 2012
Habitus :
Perawakan tanaman jagung adalah
herba. Tumbuhan berbatang herba memiliki
cirri batang memiliki cairan atau mengeluarkan getah serta lunak (Indriyanto,
2008: 92).
Akar :
Sistem perakaran jagung adalh akar
serabut. Akar serabut yaitu jika akar lembaga dalam perkembanga selanjutnya
mati kemudian disusul oleh sejumlah akar yang sama besar dan semuanya keluar
dari pangkal daun (Gembong, 2009: 93).
Fungsi dari akar penyangga adalah
menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga
membantu penyerapan hara dan air. Jagung
termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu
(Subekti, 2005: 4):
1.
Akar seminal. Akar seminal tumbuh dari
radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula
muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase
V3
2.
Akar adventif. Akar adventif adalah akar
yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif
berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7 – 10
buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif disebut juga akar
tunjang. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal
3.
Akar udara. Sementara akar udara adalah
akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah
Perkembangan akar jagung tergantung dari
varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah.
Batang :
Tanaman jagung mempunyai batang yang
tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku
ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas
teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Tinggi batang jagung
tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60 ‐ 300 cm (Subekti, 2005: 2).
Batang memiliki tiga komponen jaringan
utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat
batang. Jaringan pembuluh tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan
jaringan pembuluh yang tinggi, dan lingkaran – lingkaran menuju perikarp dekat
epidermis. Kepadatan jaringan pembuluh berkurang begitu mendekati pusat batang.
Konsentrasi jaringan pembuluh yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang
tahan rebah (Subekti, 2005: 2).
Daun :
Daun jagung memanjang dan keluar dari
buku‐buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8 ‐ 48 helain. Tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian,
yaitu pelepah daun, lidah daun, dan
helaian daun. Pelepah daun umumnya
membungkus batang. Antara pelepah dan
helaian terdapat lidah daun yang disebut liguna. Liguna ini berbulu dan
berlemak. Fungsi liguna adalah mencegah air masuk kedalam kelompok daun dan
batang (Subekti, 2005: 2).
Lebar helai daun dikategorikan mulai dari
sangat sempit (< 5 cm), sempit (5,1 – 7 cm), sedang (7,1 – 9 cm), lebar (9,1
– 11 cm), hingga sangat lebar (>11 cm) (Efendi, 2007: 4).
Bangun daun tanaman jagung adalah bangun
pita (ligutalus). Pada penampangnya pipih dan daun amat panjang. Daun
bertulang sejajar (rectinervis), yang mempunya ibu tulang di tengah yang
besar membujur daun sedang tulang-tulang lainnya jelas lebih kecil dengan arah
yang sejajar ibu tulang. Tepi daun rata. Daging daun bagian daun yang berada di
antara tulang-tilang daun dan urat – urat daun adalah seperti kertas (papyraceus), tipis tapi cukup kaku
tegar (Gembong, 2009: 31).
Bentuk ujung daun bermacam-macam yaitu
runcing, meruncing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul
(Subekti, 2005: 3).
Bunga :
Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur
bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga
jantan (staminate) dan organ bunga betina (pestilate) tidak
terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Efendi, 2007: 4).
Bunga jantan terletak dipucuk yang
ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan bunga betina terletak di
ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma (Subekti, 2005: 5).
Biji :
Biji jagung tersusun rapi pada tongkol.
Dalam satu tongkol terdapat 200 ‐ 400 biji. Biji
jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut paricarrp. Bagian
atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji.
Sementara bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Efendi, 2007: 5).
Manfaat :
Keuntungan bertanam jagung ternyata
sangat besar. Selain biji sebagai hasil utama, batang jagung merupakan bahan
pakan ternak yang sangat potensial. Dengan demikian, dalam pengusahaan jagung
selain mendapat biji atau tongkol
jagung, masih ditambah lagi dengan brangkasannya yang juga memiliki
nilai ekonomi tinggi. Dari segi pengelolaan, keuntungan bertanam jagung adalah
kemudahan dalam budidaya. Tanaman jagung merupakan tanaman yang tidak
membutuhkan perawatan intensif dan dapat ditanam di hampir semua jenis tanah.
Resiko kegagalan bertanam jagung umumnya sangat kecil dibandingkan tanaman
palawija lainnya (Sunarti, 2005: 4).
Hampir seluruh bagian tananam jagung
memiliki nilai ekonomis. Secara umum, beberapa manfaat bagian ‐ bagian tanaman jagung dijelaskan sebagai berikut (Sunarti, 2005:
5):
1.
Batang dan daun muda untuk pakan ternak
2.
Batang dan daun tua (setelah panen) untuk
pupuk hijau atau kompos
3.
Batang dan daun kering untuk kayu bakar
4.
Batang jagung untuk lanjaran (turus)
Selain bijinya, bagian lain yang dapat
dimanfaatkan adalah tongkol jagung yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
campuran pakan ternak, kemudian batangnya dapat dijadikan senagai bahan pulp
(bahan kertas), serta daunnya yang dapat dimanfaatkansebagai bahan pengemasan
makanan (Sunarti, 2005: 6).
Secara garis besar, kegunaan jagung dapat
dikelompokkan manjadi tiga, yaitu bahan pangan, pakan ternak, dan bahan baku
industri.
1.
Bahan Pangan
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia,
jagung sudah menjadi konsumsi sehari‐hari. Biasanya
jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti jagung, bubur jagung, jagung
campuran beras, dan banyak lagi makanan tradisional yang berasal dari jagung
(Subekti.2005:8).
Jagung sebagai makanan pokok juga dilakukan di
beberapa negara antara lain Rumania, bekas Yugoslavia, Mesir, Peru, Afrika
Selatan, Meksiko, dan lain lain. Di Italia jagung dimakan sebagai bubur dengan
nama Polenta, di Rumania dengan nama Mamaliga, di bekas
Yugoslavia dikenal Zgance, di Spanyol, Meksiko dan Amerika Tengah di
makan dalam bentuk roti dengan nama Tortillas (Mangunwidjaja, 2003: 4).
2.
Bahan Pakan Ternak
Ternak Bagi sebagian besar peternak di
Indonesia, jagung merupakan salah satu bahan campuran pakan ternak. Bahkan di
beberapa pedesaan jagung digunakan sebagai bahan pakan utama. Biasanya, jagung
dicampur bersama bahan pakan lain seperti dedak, shol’gum, hijauan, dan tepung
ikan. Pakan berbahan jagung umumnya diberikan pada ternak ayam, itik, dan puyuh
(Sunarti, 2005: 5).
3.
Bahan industry
Pati jagung dan derivatnya digunakan pada
industri kertas, tekstil, cat, dan farmasi. Di Amerika Serikat, HFCS mempunyai
porsi 40% dari penggunaan gula nasional (Mangunwidjaja, 2003: 4).
Di pasaran, banyak beredar produk olahan
jagung. Produk olahan jagung tersebut umumnya berasal dari industri skala rumah
tangga hingga industri besar. Secara garis besar, beberapa industri yang
mengolah jagung menjadi produk sebagai berikut (Sunarti, 2005: 6):
a.
Industri giling kering, yaitu
menghasilkan tepung jagung
b.
Industri giling basah, yaitu menghasilkan
pati, sirup, gula jagung, minyak, dan dextrin
c.
Industri destilasi dan fermentasi, yaitu
industri yang menghasilkan etil alcohol, aseton,
d.
asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan
lain‐lain
e.
Pengolahan Gula dari Pati Jagung
f. Pati jagung dan pati lainnya secara kimia tersusun atas amilosa dan
amilopektin yang unit penyusun terkecilnya (monomer) adalah glukosa. Secara
hidrolisis dan proses kimia lain pati ini dapat diubah menjadi gula dan senyawa
lebih sederhana. Sebagai ukuran berapa kandungan gula sederhana (dekstrosa)
yang menyusun produk pecahan pati digunakan DE (dextrose -equivalent).
Produk-produk tersebut dekstrin, maltodekstrin, mhigh maltose
syrups, glucose syrups, high fructose syrups, dextrose (Mangunwidjaja,
2003: 13).
g. Pengolahan lanjut dari pati jagung menjadi derivat pati
Modifikasi pati dapat dilakukan secara fisik
(dengan pemanasan) atau secara kimiawi. Dengan modifikasi terse but sifat-sifat
fisik dan kimia pati berubah sesuai dengan kegunaan yang diinginkan. Pati
termodifikasi banyak digunakan untuk bahan pelapis, dan permukaan industri
kertas dan tekstil. Selain itu beberapa jenis digunakan untuk pengikat (makanan
bayi, salad) dan pengisi (Mangunwidjaja, 2003: 18).
h. Butanol
Butanol merupakan salah satu sumber energi
selain alkohoI (etanol) yang dapat diproses melalui fermentasi anaerobik pati
atau glukosa. Pati dipilih sebagai bahan dasar penghasil butanol dengan fermentasi menggunakan biakan campuran yaitu kapang (Aspergillus
sp.) atau bakteri (Bacillus p.) dan bakteri pembentuk aseton – butanol
– etanol (ABE) (Mangunwidjaja, 2003: 20).
SAGU
Sistematika Metroxylon sagu Rottb.
Kingdom Plantae
Divisio Magnoliophyta
Divisio Magnoliophyta
Classis Liliopsida
Ordo Arecales
Familia Arecaceae
Ordo Arecales
Familia Arecaceae
Genus Metroxylon
Spesies Metroxylon sagu Rottb.
Sagu merupakan tumbuhan palmae
asal Indonesia yang di duga berasal dari daerah Sentani Papua. Sagu hamper
dikenal di seluruh masyarakat Indonesia, tetapi dengan sebutan nama yang
berbeda-beda tiap daerahnya. Sagu dikenel dengan sebutan Rumpia di
Minangkabau, Kirai di awa Barat, Bulung, Rembulu, Ambulung di
Jawa Tengah, Lapia di Ambon, Bak Sagee di Aceh dan sebutan – sebutan
lainnya (Tampoebolonl, 2009: 2).
Nama Metroxylon berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari kata “metra” dan “xylon”. Metra
berarti isi batang atau pembuluh dan xylon berartixilem. Sagu dari genus Metroxylon
dibagi menjadi dua yaitu sagu yang berbuah atau berbunga dua kali (pleonanthic)
dan sagu yang berbunga atau berbuah hanya satu kali (hepaxanthic)
(Tampoebolon, 2009: 2).
Di Indonesia, masyarakat mengenal dua
jenis penghasil tepung sagu utama, yaitu dari jenis Metroxylon dan jenis
Arenga (sagu aren). Sagu aren tumbuh pada lahan relatif kering (banyak
ditemukan di Jawa, Sumatera dan Kalimantan) dan kandungan tepungnya relatif
lebih sedikit dibandingkan dengan sagu Metroxylon. Sagu Metroxylon biasanya
dibagi dalam dua golongan, yaitu hanya berbunga atau berbuah sekali
(hapaxanthic) dan yang berbunga atau berbuah lebih dari satu kali (pleonanthic)
(Temboelon, 2009: 2).
Habitus :
Perawakan dari tumbuhan sagu adalah adalah pohon.
Habitat :
Tanaman sagu tumbuh secara alami terutama
di daerah dataran atau rawa denganang
sumber air yang melimpah. Tanaman
sagu masih dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1.250 m dpl dengan curah
hujan 4.500 mm/ tahun. (Limbongan, 2007: 1).
Sagu memiliki daya adaptasi yang tinggi
pada lahan marjinal dan kritis yang memungkinkan pertumbuhan tidak optimal bagi
tumbuhan lainnya. Sagu banyak diumpai di daerah dataran rendah dengan
ketinggian 0 – 700 mdi atas permukaan laut, suhu di atas 250C dan
kelembapan udara lebih dari 70 persen. Sagu tumbuh di daerah rawa berair tawar
atau daerah gambut, di sepanjang aliran sungai atau daerah tropis basah
yang digenangi air (Chafid, 2010: 2).
Morfologi :
Tanaman sagu memiliki keragaman yang
sangat tinggi, sehingga mempunyai ciri morfologi yang berbeda – beda. Di Papua
terdapat 60 jenis tanaman sagu yang telah teridentifikasi yang tersebar di
daerah di Jayapura, Manokwari, Merauke, dan Sorong (Chafid, 2010: 5).
Ciri morfologi sagu Papua seperti tinggi
tanaman, lingkar batang, berduri atau tidak berduri dapat digunakan untuk
membedakan jenis – jenis sagu. Demikian pula warna serat, warna tepung, dan
kandungan kimia dapat digunakan untuk menentukan jenis sagu yang dapat
dikonsumsi (Limbongan, 2007: 5).
Akar :
System perakaran sagu adalah akar
serabut. Akar serabut yaitu jika akar lembaga dalam perkembanga selanjutnya
mati kemudian disusul oleh sejumlah akar yang sama besar dan semuanya keluar
dari pangkal daun (Gembong, 2009: 93).
Batang :
Batang sagu merupakan bagian yang
terpenting karena merupakan gudang penyimpan tepung. Ukuran batang sagu
berbeda-beda tergantung dari jenis, umur, dan lingkungan atau habitat
tumbuhnya. Pada umur 3 – 11 tahun tinggi batang bebas daun sekitar 3 – 16 m,
bahkan dapat mencapai 20 m. Sagu memiliki batang tertinggi pada umur panen,
yaitu 14 tahun ke atas. Pada rumpun sagu rata-rata terdapat 1-8 batang, pada
setiap pangkal batang tumbuh 5 – 7 batang anakan. Pada kondisi liar, rumpun
sagu ini akan melebar dengan jumlah anakan yang banyak, dalam berbagai tingkat
pertumbuhan anakan tersebut sedikit sekali yang tumbuh menjadi pohon dewasa
(Chafid, 2010: 17).
Batang sagu berbentuk silinder
berdiameter sekitar 50 cm bahkan dapat mencapai 80 – 90 cm. Umumnya, diameter
batang bagian bawah agak lebih besar daripada bagian atas. Batang bagian bawah
umumnya juga mengandung pati yang lebih tinggi dari pada bagian atas.
Batang sagu terdiri dari lapisan kulit
bagian luar yang keras dan bagian dalam berupa empulur yang mengandung
serat-serat dan tepung. Tebal kulit luar yang keras sekitar 3 – 5 cm. Pohon
sagu yang masih muda, kulitnya lebih tipis dibandingkan dengan sagu dewasa
(Limbongan, 2007: 3).
Daun :
Daun merupakan bagian sagu yang punya
peranan penting, karena merupakan dapur pembentukan tepung dalam proses
fotosintesis. Daun sagu berbentuk memanjang, agak lebar, berinduk tulang daun
di tengah yang menyerupai daun kelapa. Sagu yang tumbuh pada tanah liat dengan
penyinaran yang baik, pada umur dewasa memiliki 18 tangkai daun yang panjangnya
sekitar 5 – 7 m. Dalam setiap tangkai terdapat sekitar 50 pasang daun yang
panjangnya bervariasi antara 60 – 180 cm
dan lebarnya sekitar 5 cm. Daun sagu muda umumnya berwarna hijau muda yang
berangsur-angsur berubah menjadi hijau tua, kemudian berubah lagi menjadi
cokelat kemerah-merahan apabila sudah tua atau matang (Chafid, 2010: 17).
Daun sagu menyirip dengan uung meruncing.
Letak daun berajauhan, panjang tangkai sekitar 4 – 5 m, panjang helaian 1,5 m
dengan lebar 7 cm. setiap bulan tumbuhan sagu membentuk satu tangkai daun dengan umur rat-rata 18
bulan kemudian akan gugur (Tampoebolon, 2009: 3).
Bunga :
Bunga sagu merupakan bunga majemuk yang
keluar dari ujung atau puncak batang sagu, berwarna merah kecokelatan seperti
warna karat. Sagu berbunga dan berbuah pada umur sekitar 10 – 15 tahun
tergantung pada kondisi tanah, tinggi tempat, dan varietas. Bunga sagu
bercabang banyak seperti tanduk rusa yang terdiri dari cabang-cabang primer,
sekunder, dan tersier. Pada cabang tersier terdapat sepasang bunga jantan dan
bunga betina. Munculnya bunga menandakan bahwa sagu telah mendekati akhir daur
pertumbuhan (Chafid, 2010: 18).
Bunga jantan mengeluarkan tepungsari sebelum
bunga betina terbuka. Putik bunga betina memiliki tiga sel telur, tetapi hanya
satu yang dapat berkecambah yang dua bersifat rudimenter (Tampoebolon, 2009:
4).
Buah :
Buah sagu berbentuk bulat menyerupai buah
salak dan mengandung biji fertile. Waktu antara bunga mulai muncul sampai fase
pembentukan buah diduga berlangsung sekitar dua tahun. Pohon sagu mengandung
tepung maksimum pada fase antara waktu setelah berbunga dan sebelum buah
berbentuk sempurna (Chafid, 2010: 18).
Manfaat
Tanaman sagu memiliki banyak manfaat diantaranya yaitu (Chafid,
2010: 21):
1.
Pelepahnya dipakai sebagai dinding atau
pagar rumah.
2.
Daunnya digunakan untuk atap
3.
Kulit atau batangnya merupakan kayu bakar
yang bagus
4.
Aci sagu (bubuk yang dihasilkan dengan
cara mengekstraksi pati dari umbi atau empulur batang) dapat diolah menjadi
berbagai makanan
5.
Sebagai makanan ternak
6.
Serat sagu dapat dibuat hardboard atau
bricket bangunan bila dicampur semen
7.
Dapat dijadikan perekat (lem) untuk kayu
lapis
8.
Apabila rantai glukosa dalam pati dipotong
menjadi 3-5 rantai glukosa (modifief starch) dapat dipakai untuk
menguatkan daya adhesive dari proses pewarnaan kain pada industri tekstil.
9.
Dapat diolah menjadi bahan bakar
metanol-bensin
Selain itu,ampas sagu yang telah disaring
dapat diadikan media pertumbuhan jamur sagu yang dapat dimakan. Sedangkan sisa
batang sagu (pangkal) dan pucuk sagu yang telah ditebang dibiarkan menjadi
tempat berteluanya kumbang yang dapat menghasilkan ulat sagu yang dapat dimakan
(Dina, 2001: 36).
Pusat Pengembangan Dan Penelitian
Teknilogi Pangan, telah melakukan penelitian tentang variasi produk sagu. Sagu
dapat diolah menjadi beraneka ragam makanan, diantaranya yaitu chiki sagu,
makanan sapihan untuk bayi umur 6 bulan ke atas dan kuesagu basah. Produk
tersebut usaha indusrti besar, industry kecil ataupun penghasilan rumah tangga
(Dina, 2001: 36).
Ampas sagu dapat dimanfaatkan menadi
pupuk Urea dengan mencampurkan fese kering ayam boiler, abu dapur, dan pupuk
urea. Ketiga bahan tersebut diaduk kemudian diberi EM4, diaduk kemudian dibuat
gundukan pada suhu 40 – 500C dan ditutup dengan karung goni
(Limbongan, 2007: 1).
Penggunaan sagu
sejauh ini untuk bahan tradisional atau campuran tepung terigu dalam pembuatan
kue yang umumnya diproduksi dalam skala industri kecil. Kandungan pati yang
cukup tinggi dari tepung sagu memungkinkan sagu dipergunakan sebagai (Dina,
2001: 39):
1.
Bahan baku untuk produksi glukosa
2.
Bahan baku high fructose syrup, sorbitol
dan lain-lain
3.
Bahan baku industri alkohol
4.
Bahan baku industri tekstil
5.
Bahan baku industri lem untuk plywood
DAFTAR PUSTAKA
Arpiwi. 2007. PENGARUH KONSENTRASI GIBERELIN TERHADAP PRODUKSI BIBIT
KENTANG (Solanum tuberosum L. cv. GRANOLA) UKURAN M (31 - 60 gram). Biologi.
Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Bali
Barus, Pina. 2005. Studi Penelitian Kandungan Karbohidrat, Protein
Dan Mineral Dalam Air Rebusan Beras Sebagai
minuman Pengganti susu. Jurnal
Sains Kimia (Suplemen). Vol 9, No 3
Chafid, Ahmad, dkk. 2010. Modifikasi Tepung
Sagu Menadi Maltodekstrin Menggunakan Enzim Amilase. Semarang: Universitas
Diponegoro
Djukri dan Purwoko. 2003. PENGARUH NAUNGAN PARANET TERHADAP SIFAT
TOLERANSI TANAMAN TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott). IPB: Vol.
10 No. 2, 2003 : 17-25
Effendi, Roy. 2007. Botani Dan Morfologi
Tanaman Jagung. Medan: Universitas Sumatra Utara
Herminingsih, Anik. 2008. Manfaat
serat dalam menu makanan. Yogyakarta: Universitas Mercubuana
http://www.plantamor.com cakmus.2009
Indriyanto.2009. Ekologi Hutan.
Jakarta: Erlangga
Jayus. 2005. Teknologi Singkong. Bagor: IPB
Kasim, Ernawati. 2005. Kandungan Pigmen dan Lovastatin pada Angkak
Beras Merah Kultivar Bah Butong dan BP 1804 IF 9 yang Difermentasi dengan Monascus
purpureus Jamba. Biodeversitas. Vol 7, no 1
Krey, Lena Dina. 2001. Teknik Pembibitan Dan Penanaman Sagu Secara
Tradisional Oleh Penduduk Asli Sentani di Kabupaten Dati II Jayapura. Manukwari:
Fakultas Pertanian Universitas Cendrawasih
Limbongan, ermia. 2007. Morfologi Beberapa Sagu Potensial Di Papua.
Jurnal Litbang Pertanian Vol 26, No 1
Makarim, karim. 2008. Morfologi dan
Fisiologi Tanaman Padi. Jakarta: balai besar penelitian tanaman padi
Mangunwidjaja, Djumali. 2003. Teknologi
Dan Diversisifikasi Pengolahan Jagung. Bogor: Fakultas Pertanian IPB
Mutakin, Jaenal. 2005. Budidaya
Tanaman Padi. Yogyakarta: Kanisius
Suardi, Didi. 2005. Potensi Beras Untuk
Meningkatkan Mutu Pangan. Bogor: Jurnal Litbang Pertanian Vol 24, No 3
Subekti, Nuning Argo.2005. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan
Jagung. Jakarta: balai penelitian
tanaman serealia
Sunarti, Sri. 2005. Investasi
Agribisnis Jagung. Medan: Universitas Sumatra Utara
Suprihatno, bambang, dkk. 2009. Deskripsi
Varietas Padi. Jakarta: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Steenes, Van. 2006. Flora UntukSekolah
Di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramita
Tempoboelon, Baginda Iakandar. 2009.
Kajian Perbedaan Aras Dan Lama Pemeraman Fermntasi Ampas Sagu Dengan Aspergiilus niger terhadap
Kandungan Protein kasar Dan Serat Kasar. Semarang: Seminar Nasional
Kebangkitan Peternakan
Titrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi
Tumbuhan. Yogyakarta: UGM
hai.... kita sama2 dari pasuruan....
BalasHapusPasuruan mana mbak?
HapusSalam Kenal